kursi tamu


sang empunya...

Seseorang yang masih sangat kecil, belum bisa mengarang dengan baik, dan perlu banyak belajar tentang kehidupan ini

sobat

  • Suraloka

  • Zizy

  • Sulamit

  • Aal

  • Wulan

  • Ciplok

  • Lee

  • Agri

  • Pak Ikin

  • abdulkarim_aljabar

  • achie

  • glen

  • Ci Nurray

  • Mas_Yoed

  • Ila

  • one

  • tangusti

  • Nana

  • Natalia

  • Mida

  • pendapat!


    Free shoutbox @ ShoutMix

    pengaruh hidup

    rumahkiri
    abah

    tulisan tak bernyawa

    Pindah...http://silent-hatred.blogspot.com/
    Pyuh...
    'resensi buku'
    orang-orang pintar itu....
    bukan seorang penulis...
    wakwau!
    pyuh...
    Iyem...
    Hihi
    Trima Kasih... Senang berproses bersamamu....

    sumber inspirasi

    .

    pengharapan...

     This is me... JadenKale

    Blogskins
    Soup-Faerie.com for Cursor

    kumpulan harta sederhana

    Juli 2007
    Agustus 2007
    September 2007
    Oktober 2007
    November 2007
    Desember 2007
    Januari 2008
    Februari 2008
    Maret 2008
    April 2008
    Agustus 2008
    September 2008
    Oktober 2008
    November 2008

    Sabtu, 24 November 2007

    Timli, kawanku :(

    Beberapa hari yang lalu, Timli membeli MP4 merk Lexus seharga 300 ribu rupiah. Dia membeli itu dengan menggunakan pinjaman lunak dari A Agus dan berjanji akan mencicilnya. Timli adalah seorang buruh di percetakan yang menyuplai buku2 pelajaran, khususnya buku2 untuk sekolah-sekolah di kawasan Bandung Timur dan Bandung Selatan. Dia satu perusahaan dengan Anton, Gede, Nisa, Dik-Dik, dan beberapa rekan kampus seangkatanku lainnya. Bedanya, teman-teman kampusku itu bekerja di kantor sedangkan Timli bekerja di gudang. Suatu waktu saya bercerita dengan penuh antusias kepada Timli bahwa rekan-rekan kampusku itu bekerja dalam satu instansi yang sama dengannya. Dia memang mengiyakan, tapi kemudian dia tertunduk. Aku berusaha menyampaikan pesan, katakan saja kamu kenal aku, mereka pasti akan menganggapmu teman juga. Tapi Tampaknya Timli malu dan tidak yakin bisa mengenal teman-teman kampusku itu. Dia juga ternyata sangat sibuk sekali memotong, mengepak, dan merapikan buku-buku yang akan dijual. Jelas, dia tidak punya waktu untuk memikirkan bertemu teman-teman kampusku itu. Tapi, Anton lain lagi. Terakhir kami bertemu, dia menceritakan "kesantaian" pekerjaannya sebagai editor di tempat itu. Apabila tidak ada pengawas, Anton dan Dik-Dik biasanya sibuk bermain game. Mereka bahkan mengajakku bermain game yang serupa ketika kami bercengkrama di kosan Salabi. Gede lain lagi. menurut pengakuan Anton, Gede lebih suka membaca koran dan berleha-leha dengan caranya yang lain dibandingkan bermain game. Entahlah, tampaknya dunia rekan-rekanku itu berbeda dengan apa yang dialami oleh Timli.

    Masih ingat tulisanku yang dulu, pembaca? Hehehe :p Yup benar! Timli adalah rekanku yang diberhentikan pada saat bulan Ramadhan lalu. Alasannya sangatlah logis, perusahaan itu sedang mengalami 'sepi order' oleh karena itu mereka melakukan ‘efisiensi’. Bagi Timli alasannya lebih sederhana, "euweuh duit keur mayar THR" (tidak ada uang untuk membayar THR) katanya polos. Namun, dunia tampaknya berputar terbalik. Setelah perusahaan bajingan itu memberhentikan Timli untuk sementara di bulan Ramadhan; ternyata Timli kembali dipekerjakan lagi dengan lebih brutal. Tepatnya, Timli diperas oleh perusahaan itu. Selama tiga minggu terakhir ini; secara berturut-turut, Timli di-WAJIB-kan untuk lembur bekerja selama 12 jam setiap harinya. Setiap hari, dari Senin hingga Minggu! Dia berangkat kerja jam setengah 6 pagi dan tiba jam setengah 9 malam. Alasannya kembali tampak logis dalam sisi yang berbeda. Perusahaan sedang menerima banyak order, oleh karena itu para pekerja harus bekerja dengan giat. Pyuh benar-benar gila… Bagiku secara pribadi; selama tiga minggu itu pula, Timli jarang terlihat 'nongkrong' di rental PS2. Tempat biasanya saya melihat Timli tidak pernah absen ada di tempat itu. Entah sekedar bermain PS, Ngobrol, masak bersama, minum bersama; minimal 5 hari dalam seminggu biasanya dia tidak pernah absen di tempat itu. Tapi kini nampaknya kebiasaan itu telah berubah.

    Saya jadi teringat beberapa kesempatan dalam kurun waktu tiga minggu itu. Sempat pada suatu malam, saya memberi senyuman bahagia bisa berjumpa lagi dengannya. "JJ! :)" teriakku! Tapi dia dengan muka lelah tampak tergesa-gesa pergi ke rumahnya. Dia menyatakan mau tidur, lelah sekali tampaknya. Awalnya saya merasa bingung. Saya pun terdiam beberapa saat. Dia sangat lain dari biasanya.

    Kemarin, dia menghampiriku. Dia meminta tolong untuk mengetahui bagaimana cara meng-install. Dia juga meminta beberapa lagu MP3 padaku. Dia tampak senang karena dia akhirnya mempunyai MP4. Tapi di sisi lain saya jadi lebih tahu realita pekerjaan yang digelutinya. Menyeramkan! Dulu, dia sering berkoar bahwa dengan gajinya dia berkehendak memiliki Handphone berkamera. Tapi kondisi material berkata lain. Dia hanya sanggup membeli MP4. Lantas, dia juga kemarin menjahiliku ketika bermain PS. Dia terus menggangguku untuk meminta penjelasan tentang bagaimana cara mengoperasikan MP4 itu. Terutama dia meminta diajarkan cara memutar video. Dia tampak bersemangat untuk mendapatkan video dari si Waduk. Entahlah, mungkin julukan JJ (Jorok & Jorang), bisa menjelaskan video apa yang dia inginkan.

    Pyuh… Timli, MP4 sepertinya menjadi jawaban sementara untuk kelelahanmu. Mungkin itu jawaban atas kebutuhanmu saat ini. Kebutuhan untuk melepaskan diri dari tekanan2 pekerjaan melalui kehendak yang kamu miliki. Sayangnya, bagiku alasan itu sangatlah tidak logis. Seperti yang saya bilang kemarin, "upahmu tidaklah sebanding dengan apa yang telah kau kerjakan." Alasan suatu pilihan yang membuat nuraniku berkata lain ketika menimbang pilihan itu dengan realita yang ada. Jadi teringat kata-kata bijaksana, "segala jerih payah manusia adalah untuk mulutnya, namun keinginan tidak terpuaskan. Ini adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin. Lebih baik melihat saja daripada menuruti nafsu."

    Timli, Kiranya secuil pengalaman kehidupan ini lebih mengajarkan kita untuk berdamai dan akhirnya bisa terus melangkah. Melangkah hingga akhirnya kita bisa mensyukuri segala hal yang ada. Pahit ataupun manis. Proses kehidupan yang menurutku akan terus berlangsung hingga akhir hayat itu tiba. Mengerikan memang melihat kondisi material yang ada. Terlebih merasakan realita sekelilingmu. Maafkan kapasitasku yang belum terlalu besar dalam membantumu. Layaknya kita kemarin menghabiskan malam penuh tawa dengan segelas kopi untuk bersama; saya harap kita tetap bisa saling mendukung untuk selamanya. Tetap saling mendukung walaupun kita memang belum tahu apa-apa tentang kehidupan ini.

    Bahagia, kawan mengenalmu… :)

    Hmm… tulisan ini dibuat pada saat terasa rasa ngilu di kaki karena maen futsal bersama para tukang ojek itu. Jadi ingin menuliskan secuil peristiwa lain yang kualami. Pengalaman menyenangkan menyelami realita sosial bersama kumpulan pencari nafkah bermotor yang rata-rata memiliki tatoo itu. :)

    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 02.24 | 2 has delicate hands

    Kamis, 15 November 2007

    Evanthonny

    Anak ini lahir 12 tahun lalu. Dia lahir dengan usus yang berada diluar perutnya. Bagi kultur keluarga, hal ini sangatlah tidak membawa hoki dalam keluarga. Anak ini dianggap membawa kesialan. Kelahiran anak ini sepertinya tidak diharapkan. Baru saja lahir sudah mengeluarkan uang banyak. Mungkin itulah yang ada dalam benak keluarganya saat itu

    Kini Evanthonny terlahir sebagai pribadi yang spesial. “saya memang sedang payah, sama halnya dengan seseorang yang loncat dari tangga berjalan dan akhirnya mati. Aks!” begitu ucapnya dalam suatu pertemuan. Dia bahkan sering mengungkapkan kata-kata mengerikan semisal darah, pembunuhan, bahkan hal-hal berbau pornografi dalam ucapannya. Evan memang tampak aneh bagi teman-teman yang lain.

    Pernah suatu saat Byon meletakkan telunjuknya setengah miring di dahinya sebagai tanda kepada Evan yang menurutnya gila. Saya menasihati Byon bahwa Evan tidaklah gila. Pernah suatu ketika, Glen mengajak berkelahi Evan karena Glen merasa terganggu dalam proses belajar. Saya pun memarahi Evan agar segera pergi meninggalkan ruangan. Vina lain lagi, Evan tampaknya menyukai kecantikan Vina. Evan berusaha memikat Vina dengan cara yang tidak biasa dan cenderung mengganggu Vina dalam proses belajarnya di tempat les itu. Vina tampak tak berdaya menghadapinya. Saya pun lebih memilih menasihati Vina yang jauh lebih dewasa dari segi usia untuk menghadapi Evan secara tenang. Tak perlu menghindarinya ataupun memarahinya. Dalam satu kesempatan, Evan muncul di bawah bangku dan menikmati mengintip celana dalam Lim. Saya akhirnya marah besar! Saya beradu argumen dengan Evan agar dia tidak mengulangi perbuatannya. Dia berjanji tidak mengulanginya lagi. Lalu di lain kesempatan Ira dan Nata pernah tertawa-tawa hingga membuat Evan tersinggung. Tanpa alasan jelas, Evan menghampiri dua anak itu sambil marah besar. Ira dan Nata memang tertawa bukan karena Evan. Tapi Evan merasa tawa itu untuknya. Dia akhirnya memukul pintu dengan sangat keras dan muncul bekas pukulan itu di pintu hingga saat ini. Setelahnya, dia langsung lari pulang ke rumah sambil menangis. Banyak kasus lain yang terekam di benak ini.

    Hmm... Ibu Lena, pemilik tempat les, merasa kasihan kepada Evan. Saya tidak pernah tahu kehidupan Evan sebelumnya. Ibu Lena tampaknya berusaha menjauhkan Evan dari saya. Pribadi saya dan Evan mungkin ibarat kucing dan anjing. Evan sudah mengikuti les dari kelas 3 sd. Kini dia kelas 6 sd. Waktu yang cukup bagi kami untuk melakukan interaksi yang mendalam. Tapi nyatanya, Jarang sekali Evan belajar les bersama saya. Waktu dan tempat tampaknya tidak berpihak kepada kami.

    Kini, dunia seolah berputar terbalik. Semenjak satu minggu terkahir, Evan sekarang seringkali menghabiskan waktu bersama saya di tempat les. Ibu Lena mengubah pendiriannya. Evan kini datang jam 3 sore, dan pulang jam 8 malam. Saya memperlakukan Evan secara tak biasa dalam pelajaran. Evan belajar di ruangan terpisah. Evan bahkan tak sungkan meminta izin untuk tidur di tengah-tengah waktu belajar les. Saya pun mengizinkannya. Dia tampaknya menemukan teman baru dalam kehidupannya. Saya pun demikian. Evan mulai memahami saya. Dia selalu meminta izin ketika meminta bantuan untuk dijelaskan sesuatu ketika saya mengajar beberapa murid. Dia tampaknya mengerti kapasitas saya yang tidak bisa mengajar banyak anak dalam satu kesempatan. Dia tidak cenderung anarki lagi dan tidak memaksakan kehendak secara berlebihan. Saya pikir anak ini memang harus lebih dimengerti. tak tahu metoda apa, saya masih terus belajar,tapi Evan sangat butuh kasih sayang dan kelembutan.

    Mungkin lain dengan kondisi di rumahnya. Evan berada dalam kondisi yang broken home. Ayah dan ibunya nyaris bercerai. Ayah sibuk bekerja, ibunya terpisah di tempat yang lain. Cicinya memiliki pergaulan yang tidak baik di kampusnya. Bahkan Cicinya sering memukuli Evan dan kakaknya, Vincent apabila perintah cicinya itu tidak dituruti. Evan seringkali menceritakan hal-hal di keluarganya dengan berapi-api. Dia yakin, bahwa pabila mereka melakukan tes DNA, Evan bukanlah berasal dari keluarga itu. Evan tampak memiliki hati yang sangat pahit dengan keluarganya.

    Di sekolah sebelumnya, Evan bahkan dikeluarkan dan dimaki-maki habis-habisan oleh guru wali kelasnya karena perilaku Evan yang bermasalah. Kini Evan pindah ke sekolah lain. Sekolah yang lebih berusaha memahami karakteristiknya yang spesial. Evan tidaklah bodoh. Evan bahkan cenderung sangat kritis menurut saya. Tapi Evan penuh dengan kepahitan dalam hatinya. Kepahitan karena kondisi lingkungan sekitarnya yang memang mungkin tidak bersahabat baginya.

    Kemarin, kami tertawa-tawa ketika belajar matematika. Saya menceritakan pengetahuan tentang geng bermotor di kota Bandung. dengan gaya joker saya tentu saja. hehehe agak sulit untuk menjelaskan nilai moral pada Evan, tapi dia senang dengan konsep alienasi. Hmmm.. ketertarikan yang perlu dicermati secara lebih mendalam. Lantas kami berganti topik. Evan menjahili saya bahwa dia membawa gambar porno. saya berusaha menanyakan dimana dia menyimpan gambar itu. Lalu, dia tertawa terpingkal-pingkal. Dia menunjukkan gambar ilustrasi vagina dalam buku Sains kelas 6. Dia sangat terobsesi dengan gambar itu. Saya hanya tersenyum. Saya lebih memilih untuk tidak menjadikannya sebagai sesuatu yang tabu, tapi melanjutkannya dengan membahas bagian-bagian yang ada dalam gambar ilustrasi tersebut secara ilmiah. Senang sekali mengenal pribadi unik seperti Evan. Banyak memang yang harus dicermati tanpa perlu dihakimi atau ditakuti secara berlebihan.

    Hmm… saya pikir masih banyak hal yang harus dikenal dalam diri Evan. masih terngiang pertemuan kemarin yang diakhiri dengan ucapan serius Evan kepada saya. “Ko, saya kemarin mendengar Koko berbicara dengan Ibu di ruangan itu. Jangan pikir Evan nggak ngerti. Tapi Ko Deni jangan berhenti mengajar les. Sayang, nanti saya tidak ada yang mengajar lagi.” Jantung saya langsung berdegup kencang. Saya merasa anak ini memang butuh pengertian yang lebih. Dia tampak sedih ketika saya berniat meninggalkan tempat les.
    Yah, merasa belum stabil dan masih harus belajar banyak memang, tapi saya merasa senang dekat dengan anak-anak. Kiranya alam semesta membantu predestinasi yang ada menjadi lebih mudah. O God, help me to do so…

    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 08.44 | 2 has delicate hands

    Senin, 12 November 2007

    Setelah sehari sebelumnya saya merasa sangat menyesal tidak bersalaman dengan seseorang dalam suatu pertemuan. (Akibat saya terburu-buru hendak buang air kecil :p) saya merasa perlu menyalami orang-orang disekitar saya sepulang ibadah minggu ini. Sayang, setelah berhasil menyalami beberapa orang, saya merasa kesulitan dalam menyalami tiga orang. Saat itu saya memang bersama Daniel. Tampaknya mereka memang fokus berbicara dengan Daniel dan tidak melihat saya. Bertemu orang pertama, saya menyodorkan tangan saya untuk beberapa saat. Tapi setelah bersalaman dengan Daniel, orang itu tampaknya lupa memberi salam kepada saya. Saya terus menyodorkan tangan saya, tapi tampaknya dia tak menanggapi ajakan itu. Akhirnya saya bilang “Bang?” kemudian dia menjawab “Siapa ya? Memang kita kenal?” lantas saya menjawab “Saya kenal Abang. :)” kemudian dia akhirnya memberi salam juga. Pyuh… entah bercanda atau tidak, tapi saya tidak mau ambil pusing dengan kejadian pertama itu.

    Kemudian datang orang kedua. Lagi-lagi saya menyodorkan tangan saya untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia meresponnya. Kemudian tiba-tiba dia nyeletuk, “kemana aja? Udah pindah gereja? Mentang-mentang pacarnya berbeda gereja!” saya langsung menjawabnya “saya tidak punya pacar, dan saya tidak pindah gereja.” Sepertinya dua kejadian ini membuat saya sedikit bingung. Tiba-tiba orang ketiga datang menghampiri kami berdua. Dia kemudian bersalaman dengan Daniel. Lagi-lagi! Sodoran tangan saya tidak direspon. Tanpa ambil pusing, akhirnya saya menarik tangannya (sedikit memaksa) dia untuk bersalaman :p hehehe… entah apa yang dipikirkannya setelah itu. Tapi saya akhirnya menghampiri bang Omenx sambil memberi senyum pada orang ketiga itu. Ada-ada saja.

    Ternyata setelah beramah-tamah beberapa saat bersama beberapa muda-mudi yang ada bersama bang Omenx, saya sedikit terkejut mendapat julukan baru dari seseorang sebagai “pemuda tak suci lagi”. Julukan yang membuat saya terdiam beberapa saat. Saya kemudian menerawang ke berbagai hal yang telah saya alami.

    Belum terhapus dari ingatan, sehari sebelumnya, saya berdiskusi dengan si Om tentang kehidupan saya. Wacana dimulai ketika Pdt. Jimmy mengharapkan para kontestan seminar yang saya ikuti (yang dikhususkan bagi orang-orang yang diproyeksikan menjadi pengurus gereja) untuk:

    tidak sombong dengan kapasitas gki yang ada,
    tidak rendah diri dengan kapasitas gki yang ada,
    saling menghargai dengan gereja lain,
    peduli terhadap kehidupan bergereja di gki,
    tidak menjadi agen luar dalam kehidupan di dalam gereja gki,
    berhenti mengembara.

    Setelah selesai, si Om itu akhirnya membuka pembicaraan dengan kata-kata “Jadi, sudah mau berhenti mengembara, Den?” hehe saya kemudian menjawabnya dengan ringan “Om jangan khawatir dengan saya. Saya pasti di GKI. Saya ingin belajar sesuatu saja dari gereja lain. Setertatih-tatihnya saya.” Hmmm… bukanlah suatu kebetulan pembaca, saya seringkali mendapat isu-isu miring dari jemaat di gereja bahwa saya akhirnya berubah ke dalam kehidupan yang tidak baik. Saya memang jarang beribadah di gki ujungberung. Sepertinya ‘setor muka’ sudah lebih berharga dibanding esensi pergi ke gereja yang rutin saya lakukan. Mungkin memang benar saya tidak suci lagi :p atau hahaha tak pernah suci malah! Tapi saya mau meneladani Ibu Yul saja.

    Well pembaca, Ibu PA saya ini (yang sekarang sudah membiarkan anak-anaknya bertumbuh sendiri) adalah seorang Evangelis yang luar biasa. Gereja kami tidaklah sempurna. Tapi Ibu Yul berhasil menunjukkan damai sejahtera dengan segenap kondisi yang ada. Bagi saya, Ibu Yul menunjukkan buahnya melalui proses dialektika untuk memandang Tuhan Yesus saja tanpa perlu memelihara rasa kecewa yang berlebihan. Hal itulah yang ingin saya teladani dari Ibu Yul.

    Setelah berargumen tentang pilihan saya untuk ‘sementara’ bergereja di luar gki ujungberung. Dan dia tersadarkan bahwa saya pun tidak sepenuhnya meninggalkan gereja melalui beberapa hal yang telah saya lakukan; akhirnya si Om malah menceritakan proses kehidupan imannya. Kami saling brainstorming dan sharing tentang banyak hal. Proporsional sekali. Kami akhirnya bisa saling menghargai tanpa mengabaikan perbedaan dan kesamaan yang terjadi dalam proses kehidupan iman kami. Sangat manis menurut saya bisa berbicara setenang itu dengan orang yang lebih dewasa. Merasa belajar bukan dogma, dan juga bukan agama; tapi kasih yang terbentuk dari kepedulian untuk tidak memutlakkan perbedaan ataupun tidak memutlakkan persamaan.

    ***
    Saya bersyukur dengan predestinasi yang ada. Saya tak pernah benar-benar memahami apakah pilihan ini tepat atau tidak; tapi saya mau mengimani FirmanNya saja:

    Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."

    (Yeremia 17:5-10)


    Saya milikmu Tuhan, Perbuatlah seturut dengan kehendakMU. amin.


    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 20.18 | 0 has delicate hands

    Senin, 05 November 2007

    The Christ and The Spirit
    Collected Essays of
    James D. G. Dunn
    (Lightfoot Professor of Divinity University of Durham)
    Volume 1 & 2
    PNEUMATOLOGY
    William B. Eerdmans Publishing Company
    Grand Rapids, Michigan/Cambridge, U.K.
    Buku yang bagus! menjelaskan konteks zaman, sisi hermeneutik, fenomena Roh Kudus dan Jemaat Mula-Mula melalui cara-cara yang logis dan Ilmiah. Cocok bagi Anda untuk berdamai dengan kelemahan gereja sebagai institusi yang tidak bisa menjawab berbagai kebutuhan manusia saat ini.

    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 21.17 | 0 has delicate hands

    Sehabis Les Jua…

    Akhirnya saya pulang dengan membawa uang 15 ribu di saku jaket dan 1.500 di saku celana serta beberapa uang recehan di saku tas.

    Ko Hendro mengantar saya sampai gerbang depan. Anehnya, uang lima belas ribu saya itu hilang. Entah jatuh, entah dicuri di angkot, entah diambil tuyul, jin, genderewo, atau sejenisnya yang gaib, saya nggak ngerti! :p

    Parahnya saya menyadari kejadian itu di Samsat ketika hendak turun. Saya berusaha untuk tetap cool. Setelah mencari ke semua saku-saku yang ada dan memang tidak ada juga, saya masih berusaha tampil cool. Tak terasa angkot sudah tiba di Antapani. Mobil itu memang kencang sekali! Kini tiba di perhentian terakhir dan hanya menyisakan saya dengan pak supir. Akhirnya dengan sedikit cool, saya menawarkan jam tangan pemberian Lim sebagai ganti ongkos angkot! Malu, bingung, merasa aneh, sedikit cool, pokoknya campur aduk hehe!

    Pak Supir yang bertampang preman itu malah senang dikasih jam tangan yang tampak mahal itu. Alih2 bukannya memberi ongkos supaya saya bisa sampai ke Cibiru, dia malah pergi nongkrong bersama teman-temannya. Sialan! :( Pokoknya jam tangan itu harus kembali, pikirku.

    Kemudian di dekat pak supir itu, ada seorang ibu yang memerhatikan apa yang terjadi diantara kami berdua. Saya pun berniat meminta tolong darinya, tapi urung saya lakukan. Kemudian saya akhirnya lebih memilih untuk menghampiri seorang bapak. Sambil membawa HP dan KTM saya, saya mencoba menggadaikan kedua barang tersebut dengan uang sepuluh ribu rupiah. Ternyata bapak itu gaptek. Dia ragu apakah HP itu masih berfungsi atau tidak. Dia menghubungi rekannya dan bahkan mencoba mengujinya di sebuah wartel. Waduh, si bapak ;p

    Setelah beberapa saat, akhirnya saya mendapatkan uang penggadaian itu. Dengan keyakinan teguh saya berniat menghubungi DK yang memang rumahnya dekat dengan tempat itu. Saya yakin DK akan segera menolong saya. Jreng..jreng.. Ternyata saya ingat bahwa DK sedang berada di Jakarta! OOn, Bloon! Dasar Joker, pikirku :p. Duh kacau…

    Akhirnya aku duduk dan memeras otak untuk menghubungi relasi terdekatku di tempat itu. Edward! (hmmm. Dia ada di luar kota juga.) temen SMU yang dulu katanya menyukai saya!? (hmmm. Saya ndak tau letak rumah pastinya.) trus siapa..siapa.. saya terus memeras otak saya! Akhirnya aku lebih memilih untuk menenangkan diri saja. Sambil menarik nafas dalam-dalam, saya mencoba berpikir tenang. Untung saja, aku akhirnya teringat jam tangan pemberian Lim. Pokonya aku berniat mencari pak supir itu dulu, baru kemudian berpikir lagi dalam menghubungi temanku.

    Waduh! Tampaknya pak supir sudah kabur. Mobil angkotnya sudah tidak ada. Aku mencoba menanyakan ke beberapa supir yang ada disitu dan mereka tampak kebingungan dengan sosok yang sedang aku cari. Malah seorang supir tampak iba dan mau memberi uang kepadaku. Tapi aku tolak dengan halus. Aku lebih butuh pak supir itu! aku mau jam tanganku kembali!

    Oops, ibu yang memerhatikan tadi ternyata masih ada disitu. Aku bertanya padanya tentang pak supir tadi. Dan menurut ibu itu, pak supirnya sedang makan. Oh syukurlah! Aku akhirnya menunggunya. Lalu dia datang. Sambil memegang perut seolah kekenyangan, pak supir itu akhirnya tersenyum-senyum. Aku akhirnya meminta jam tanganku kembali dengan ganti uang lima ribu rupiah. Ternyata dia tidak se-preman yang aku bayangkan. Kupikir bakal ada pertumpahan darah! (hehe hiperbola). Ternyata dia baik. Dia menyarankan aku untuk lebih berhati-hati. Aku percaya bahwa dalam relasi sosial, aksi-reaksi itu sangatlah penting. Dan aku bersyukur bertindak tidak terlalu panik dalam kondisi itu. Thanx God!

    Masalah belum selesai. Bapak yang gaptek itu tampak meragukan. Dia masih nongkrong bersama teman-temannya. Aku ingin HP dan KTM ku kembali. Untung aku kebanyakan bergaul dengan si Mimit, jadinya penuh kecurigaan dan ketidakpuasan seperti ini. Tapi aku bingung. Dengan sisa uang lima ribu, aku ingin menuntaskan semua masalah yang terjadi. Aku memeras otak untuk mencari orang yang lebih familiar dan bisa membantuku.

    TinK! Ah… akhirnya ketemu, Om Wee Wilyanto (Pendeta di GKI Maulana Yusuf) yang merupakan sahabat terdekat pamanku, Tulang Gordon (Pendeta di GKI Rengasdengklok). Rumah Om Wee memang dekat dengan lokasi itu. Cihuy! Akhirnya aku menemukan solusi untuk mengambil kembali barang-barangku dari bapak yang aneh tadi.

    Setelah tiba di depan rumah Om Wee, seorang satpam tampak mengawasiku. Setelah bel rumah tidak berbunyi dan ketukan pintu mungkin tidak terdengar oleh Om Wee; satpam itu bertanya dengan tegas maksud kedatanganku. Beruntung Tante kemudian membukakan pintu dan menanyakan maksud kedatanganku. Aku bertanya, “Tante, Om Wee nya ada?” Tante bilang Pak Wee nya sedang tidur; tidak bisa diganggu karena besok harus berangkat pagi. Waduh kacau nih! Aku sepertinya sudah Sok Kenal Sok Dekat di depan beliau. Tante dan aku belum pernah mengenal satu sama lain. Aku hanya mengenal Om Wee. Inilah pertemuan pertamaku dengan istri Om Wee. Sambil malu2, aku bilang bahwa aku keponakan Tulang Gordon. Dan aku menceritakan kekikukan masalah yang sedang aku alami. :p

    Tante tertawa ketika mendengar maksud kedatanganku. Untung dia percaya ketika aku menceritakan asal usulku. “Kamu orang dekat, jangankan kamu! Orang jauh pun kalau bisa saya bantu, akan saya bantu” katanya manis sekali. Waduh, curiga nanti kalo ada orang yang kehilangan uang saya saranin datang ke rumah Pak Wee aja kali ya. Hehehe

    Om Wee memang beberapa kali pernah main ke rumah bahkan dari dulu semasa berkuliah bersama Tulang Gordon. Tapi Tante belum pernah sama sekali. Aku merasa kikakikuk! Tapi ya sudahlah. Agak canggung memang karena tidak bisa bertemu dengan Om Wee secara langsung. Tapi ndak apa-apa. Pokoknya aku berniat membayar pinjaman kembali itu nanti di GKI MY. Tunggu aku ya Om, Tante. Hehe :)

    Huf Haf Huf… akhirnya HP dan KTM ku kembali. Agak-agak capek. Lalu, kalo dipikir2, kayak reality show “Tolong!” di SCTV. Ada2 saja pengalaman si deni ini. Memang akhir2 ini aku sering mengalami pengalaman yang aneh, tak terduga, lucu, ataupun sedikit dungu. Hehehe bingung karena apa. Mungkin pengaruh kebiasaan baruku yang sukar tidur.

    Tapi yang jelas kesimpulannya: “kehidupan sosial itu menyenangkan.”

    Thanx Lord! :)

    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 21.11 | 2 has delicate hands

    Sehabis Les…

    Kemarin setelah mengajar Marshell, David, dan William aku memang mengalami gradasi pemikiran! Lemas, terserap betul kemampuan otakku yang pas-pasan ini. Hehe. Setelah menghafal biologi, lalu pelajaran ekonomi, bahasa Indonesia, akhirnya tibalah penghitungan Fisika dan Matematika! Pokoknya gila! Biasanya satu murid hanya membawa maksimal 2 ulangan dan 2 PR. Tapi 3 anak lesku yg terakhir ini membawa 2 ulangan dan 4 PR. Busyet! Hehe.

    Lim tampaknya memahami kerumitan yang sedang kualami. Untung dia tidak manja seperti biasanya. Dia rela pulang lebih dulu. Sebelumnya aku telah mengajar Yensen dan Sinta yang memang punya beberapa kendala dalam bidang pendidikan. Yensen sedikit malas, Sinta kurang konsentrasi. Tapi mereka lucu sekali. Mungkin hanya kasih sayang saja yang harus terasa oleh mereka. Kemajuan belajarnya memang lebih lambat dibandingkan siswa yang lain. Tapi lebih dari itu, mereka memang butuh perhatian dari orang-orang di sekitarnya.

    Untunglah Byon dan Marnov belajar dengan cepat, tidak seperti biasanya. Mereka kadang moody-an. Tapi hari ini mereka semangat! Sebenarnya Byon lebih manja dibandingkan Marnov. Tapi Byon sepertinya mendapat suntikan semangat setelah 4 ulangan terakhirnya dia selalu mendapat sepuluh. Plok… plok… plok… mereka tampak lebih bergairah. Kultur ini yang harus dijaga dalam persiapan mereka memasuki tingkat SMP. Evan lain lagi. Dia terus mengganggu pelajaran. Anak ini bahkan mengintip celana dalam kakak-kakak kelasnya! Hahaha brutal! Aku memarahi dia habis-habisan, sembari menahan tawa. Karena aku pun dulu pernah melakukannya sewaktu kecil. :p

    Sementara itu Fifi mengeluh di ruangan sebelah. Dia sedih karena hari itu dia tidak belajar dengan saya. Anak ini memang manis sekali. Pernah pada suatu kesempatan kacamata saya berembun dan badan saya sedikit basah terkena hujan; dia kemudian lari menyusul saya dan menawarkan tisu. Manis, manis sekali. :)

    Aku jadi teringat Fendy, kakaknya Fifi yang mencoba bunuh diri beberapa tahun yang lalu. Fendy memang anak yang bermasalah dalam pelajaran di sekolah. Tekanan2 dari orang tuanya membuat dia pernah memasang tali di rumah dan mengalungkannya di lehernya. Dia kemudian meminta Fifi yang saat itu belum bersekolah untuk menendang kursi tempat dia sedang berdiri. Pyuh… Bukan suatu kebetulan Fifi tidak mau menendang kursi itu. Bukan suatu kebetulan Fendy tidak terlalu cerdas dalam merencanakan bunuh diri. Dan juga bukanlah suatu kebetulan pegawai tokonya itu datang ke rumahnya di saat yang tepat. Pada kultur rumah yang selalu kosong di siang hari karena padatnya kesibukan masing2 anggota keluarga.

    Fendy memang sudah tidak les lagi. Tapi dalam beberapa kesempatan kami bersua. Dia memang tampak lebih ceria. Saya merasa kami tetaplah dekat. Dulu saya menantangnya untuk percaya kepada Tuhan. Dia memang akhirnya tidak naik kelas. Tapi dia tidak patah semangat. [Hubungan kami pun terputus karena saya akhirnya berhenti mengajar dari tempat les sebelum beberapa bulan yang lalu akhirnya kembali mengajar dengan niat mengumpulkan uang untuk nikah! Hahaha sesuatu yang imaji. Jauh, ga realistis :p hehe] Padahal beberapa tahun setelah itu, saya pun pernah berniat loncat dari jembatan cincin. :p Ironis! Tapi untung saya lulus pencobaan itu. Kini, saya lebih memahami Kasih Karunia BELIAU melalui pengalaman itu. Hmmm… alienasi ternyata tidak mengenal umur. Dan penyesatan selalu ada! Ck.ck..ck.. Don’t be afraid! Keep trust for HIM!

    Akhirnya saya pulang dengan membawa uang 15 ribu di saku jaket dan 1.500 di saku celana serta beberapa uang recehan di saku tas.


    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 21.08 | 0 has delicate hands

    Sabtu, 03 November 2007

    Mania...
    (Setelah merasa sulit tidur beberapa hari; hehehe untunglah kemarin saya terkena demam. saya akhirnya bisa tidur berjam-jam. bisa beristirahat. sekarang merasa lebih baik dan ingin menulis sesuatu.)

    well... dimulai dengan mengingat seorang rekan yang tadi beranjangsana ke rumah. setelah kurang lebih tiga minggu tak bersua, dia akhirnya mengunjungi saya. banyak hal sepertinya yang ingin dia ceritakan. dan seperti biasa, saya senang mendengarkan dia berbicara banyak hal.

    asumsi awalku dia akan mengajakku bermain PS. ternyata responnya lain. dia tahu, aku rehat bermain PS selama sebulan. Wawan yang menceritakan kepadanya dan anak2 yang lain. dan yang luar biasa, dia tahu aku sedang sakit. teman2 bermain PSku tahu kondisi itu. mereka menyampaikan salam dan mengucapkan selamat ulang tahun juga, serta menunggu aku kembali ke tempat PS. hehe merasa tersanjung!! namun lebih dari itu, dia menceritakan pekerjaan barunya di sebuah pabrik swasta. "kenapa dengan tukang ojek!?" tanyaku kepadanya. ternyata dia sudah berhenti. motor kreditannya sudah disita oleh pihak bank. MENYEDIHKAN!

    teman baikku itu memang gemar bermain judi capsah. judi yang berkembang pesat di daerah belakang rumahku. karena kebiasaannya itu, dia memang tidak bisa mengendalikan kondisi keuangannya dan kondisi tubuhnya. intinya dia merasa tidak optimal setelah memuaskan hasrat nafsunya itu. Ugh... sesuatu yang sangat menyedihkan. dan aku mengungkapkan kemarahanku dengan kedunguan temanku itu. ayolah!!!

    tiba2 Timli juga datang. dia ternyata kembali dipanggil bekerja di percetakan, setelah sebulan penuh di bulan puasa dia diberhentikan untuk sementara. SUCKS! sialan pabrik itu!! mereka seolah2 sengaja memberhentikan beberapa pegawai untuk melakukan "penyesuaian" secara ekonomis. sedih rasanya melihat Timli tidak mendapat THR. padahal dia membutuhkannya setelah bekerja sekian lama. ugh kapitalis.... :(

    oops... ternyata Timli dikejar waktu. dan akhirnya mereka memutuskan untuk naek ojek bersama. aku hanya bercanda kpd mereka dengan berkata: "hehehe jigana urang geuring kena AIDS! datangan urang nya mun urang maot! :)" mereka kemudian tertawa terbahak-bahak! tiba2 Babas datang membawa motor ojeknya. Timli membayar 2ribu, kemudian teman baikku juga membayar 2ribu. Babas tampak tersipu2 dan seolah2 malu dibayar oleh kedua temannya. tapi itulah "ekonomi".

    ***

    (sangat tidak berkoherensi dan berkorelasi dengan bagian yang pertama)

    seorang rekan baik mengungkapkan kata-kata penguatan di dalam kamarnya yang sunyi. "Ayolah Bang! jangan subordinat. aku mengenal Abang yang tenang dalam menghadapi masalah. jangan kalah dengan perasaan." senang sekali rasanya mendengar itu. dia kemudian berkata, "hebat ternyata kakak itu! tapi abang harus bisa lebih hebat untuk menaklukkannya. jangan membandingkan diri dengan yang lain." dia kemudian menambah beberapa frase yang sebenarnya tidak sekuat yang pertama. bukan kesadaran memang, karena aku merasa kesadaran yang lain yang dibentuk oleh diri dan pilihan-pilihan yang ada. sesuatu yang perlu dipelajari dan diubah untuk menjadi lebih berkembang.

    ***

    (lebih jauh lagi)

    pada saat subuh, setelah satu sms sebelumnya.

    "Gmn komputermu? Maafkn sy y,den. Ga smpurna,tp jka boleh masih mau bkembang bsmamu.. Sy senang,denkenal sm km. Km bharga dlm hdup sy.."

    Gila! merasa sangat tersanjung!

    hmmm... mungkin inilah potensi mania yang ada dalam diriku. sesuatu yang harus diatasi. tidak boleh mengakibatkan Paralysis yang berkepanjangan. rasa sekarat akibat teralienasi itu menyedihkan! biar, biarlah Tuhan saja yang menyempurnakan kapasitas hidupku ini.
    ***

    Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

    semoga tulisan tak bernyawa ini bisa merekam segala potensi kelemahan diri yang mungkin merusak. mengenalnya, berdamai dengannya, dan akhirnya mengatasinya.

    karena hidup harus terus berjalan.
    semangat!

    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 01.32 | 0 has delicate hands