kursi tamu


sang empunya...

Seseorang yang masih sangat kecil, belum bisa mengarang dengan baik, dan perlu banyak belajar tentang kehidupan ini

sobat

  • Suraloka

  • Zizy

  • Sulamit

  • Aal

  • Wulan

  • Ciplok

  • Lee

  • Agri

  • Pak Ikin

  • abdulkarim_aljabar

  • achie

  • glen

  • Ci Nurray

  • Mas_Yoed

  • Ila

  • one

  • tangusti

  • Nana

  • Natalia

  • Mida

  • pendapat!


    Free shoutbox @ ShoutMix

    pengaruh hidup

    rumahkiri
    abah

    tulisan tak bernyawa

    Mania...
    cerita saja...
    'ndak jelas...'
    Keren!
    Arrrgh!
    empty...
    ugh...
    Polos...
    Ironis...
    Maaf Telat...

    sumber inspirasi

    .

    pengharapan...

     This is me... JadenKale

    Blogskins
    Soup-Faerie.com for Cursor

    kumpulan harta sederhana

    Juli 2007
    Agustus 2007
    September 2007
    Oktober 2007
    November 2007
    Desember 2007
    Januari 2008
    Februari 2008
    Maret 2008
    April 2008
    Agustus 2008
    September 2008
    Oktober 2008
    November 2008

    Senin, 05 November 2007

    Sehabis Les…

    Kemarin setelah mengajar Marshell, David, dan William aku memang mengalami gradasi pemikiran! Lemas, terserap betul kemampuan otakku yang pas-pasan ini. Hehe. Setelah menghafal biologi, lalu pelajaran ekonomi, bahasa Indonesia, akhirnya tibalah penghitungan Fisika dan Matematika! Pokoknya gila! Biasanya satu murid hanya membawa maksimal 2 ulangan dan 2 PR. Tapi 3 anak lesku yg terakhir ini membawa 2 ulangan dan 4 PR. Busyet! Hehe.

    Lim tampaknya memahami kerumitan yang sedang kualami. Untung dia tidak manja seperti biasanya. Dia rela pulang lebih dulu. Sebelumnya aku telah mengajar Yensen dan Sinta yang memang punya beberapa kendala dalam bidang pendidikan. Yensen sedikit malas, Sinta kurang konsentrasi. Tapi mereka lucu sekali. Mungkin hanya kasih sayang saja yang harus terasa oleh mereka. Kemajuan belajarnya memang lebih lambat dibandingkan siswa yang lain. Tapi lebih dari itu, mereka memang butuh perhatian dari orang-orang di sekitarnya.

    Untunglah Byon dan Marnov belajar dengan cepat, tidak seperti biasanya. Mereka kadang moody-an. Tapi hari ini mereka semangat! Sebenarnya Byon lebih manja dibandingkan Marnov. Tapi Byon sepertinya mendapat suntikan semangat setelah 4 ulangan terakhirnya dia selalu mendapat sepuluh. Plok… plok… plok… mereka tampak lebih bergairah. Kultur ini yang harus dijaga dalam persiapan mereka memasuki tingkat SMP. Evan lain lagi. Dia terus mengganggu pelajaran. Anak ini bahkan mengintip celana dalam kakak-kakak kelasnya! Hahaha brutal! Aku memarahi dia habis-habisan, sembari menahan tawa. Karena aku pun dulu pernah melakukannya sewaktu kecil. :p

    Sementara itu Fifi mengeluh di ruangan sebelah. Dia sedih karena hari itu dia tidak belajar dengan saya. Anak ini memang manis sekali. Pernah pada suatu kesempatan kacamata saya berembun dan badan saya sedikit basah terkena hujan; dia kemudian lari menyusul saya dan menawarkan tisu. Manis, manis sekali. :)

    Aku jadi teringat Fendy, kakaknya Fifi yang mencoba bunuh diri beberapa tahun yang lalu. Fendy memang anak yang bermasalah dalam pelajaran di sekolah. Tekanan2 dari orang tuanya membuat dia pernah memasang tali di rumah dan mengalungkannya di lehernya. Dia kemudian meminta Fifi yang saat itu belum bersekolah untuk menendang kursi tempat dia sedang berdiri. Pyuh… Bukan suatu kebetulan Fifi tidak mau menendang kursi itu. Bukan suatu kebetulan Fendy tidak terlalu cerdas dalam merencanakan bunuh diri. Dan juga bukanlah suatu kebetulan pegawai tokonya itu datang ke rumahnya di saat yang tepat. Pada kultur rumah yang selalu kosong di siang hari karena padatnya kesibukan masing2 anggota keluarga.

    Fendy memang sudah tidak les lagi. Tapi dalam beberapa kesempatan kami bersua. Dia memang tampak lebih ceria. Saya merasa kami tetaplah dekat. Dulu saya menantangnya untuk percaya kepada Tuhan. Dia memang akhirnya tidak naik kelas. Tapi dia tidak patah semangat. [Hubungan kami pun terputus karena saya akhirnya berhenti mengajar dari tempat les sebelum beberapa bulan yang lalu akhirnya kembali mengajar dengan niat mengumpulkan uang untuk nikah! Hahaha sesuatu yang imaji. Jauh, ga realistis :p hehe] Padahal beberapa tahun setelah itu, saya pun pernah berniat loncat dari jembatan cincin. :p Ironis! Tapi untung saya lulus pencobaan itu. Kini, saya lebih memahami Kasih Karunia BELIAU melalui pengalaman itu. Hmmm… alienasi ternyata tidak mengenal umur. Dan penyesatan selalu ada! Ck.ck..ck.. Don’t be afraid! Keep trust for HIM!

    Akhirnya saya pulang dengan membawa uang 15 ribu di saku jaket dan 1.500 di saku celana serta beberapa uang recehan di saku tas.


    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 21.08 | 0 has delicate hands