kursi tamu


sang empunya...

Seseorang yang masih sangat kecil, belum bisa mengarang dengan baik, dan perlu banyak belajar tentang kehidupan ini

sobat

  • Suraloka

  • Zizy

  • Sulamit

  • Aal

  • Wulan

  • Ciplok

  • Lee

  • Agri

  • Pak Ikin

  • abdulkarim_aljabar

  • achie

  • glen

  • Ci Nurray

  • Mas_Yoed

  • Ila

  • one

  • tangusti

  • Nana

  • Natalia

  • Mida

  • pendapat!


    Free shoutbox @ ShoutMix

    pengaruh hidup

    rumahkiri
    abah

    tulisan tak bernyawa

    ah...
    Bagus!
    Sehabis Les Jua...
    Sehabis les...
    Mania...
    cerita saja...
    'ndak jelas...'
    Keren!
    Arrrgh!
    empty...

    sumber inspirasi

    .

    pengharapan...

     This is me... JadenKale

    Blogskins
    Soup-Faerie.com for Cursor

    kumpulan harta sederhana

    Juli 2007
    Agustus 2007
    September 2007
    Oktober 2007
    November 2007
    Desember 2007
    Januari 2008
    Februari 2008
    Maret 2008
    April 2008
    Agustus 2008
    September 2008
    Oktober 2008
    November 2008

    Kamis, 15 November 2007

    Evanthonny

    Anak ini lahir 12 tahun lalu. Dia lahir dengan usus yang berada diluar perutnya. Bagi kultur keluarga, hal ini sangatlah tidak membawa hoki dalam keluarga. Anak ini dianggap membawa kesialan. Kelahiran anak ini sepertinya tidak diharapkan. Baru saja lahir sudah mengeluarkan uang banyak. Mungkin itulah yang ada dalam benak keluarganya saat itu

    Kini Evanthonny terlahir sebagai pribadi yang spesial. “saya memang sedang payah, sama halnya dengan seseorang yang loncat dari tangga berjalan dan akhirnya mati. Aks!” begitu ucapnya dalam suatu pertemuan. Dia bahkan sering mengungkapkan kata-kata mengerikan semisal darah, pembunuhan, bahkan hal-hal berbau pornografi dalam ucapannya. Evan memang tampak aneh bagi teman-teman yang lain.

    Pernah suatu saat Byon meletakkan telunjuknya setengah miring di dahinya sebagai tanda kepada Evan yang menurutnya gila. Saya menasihati Byon bahwa Evan tidaklah gila. Pernah suatu ketika, Glen mengajak berkelahi Evan karena Glen merasa terganggu dalam proses belajar. Saya pun memarahi Evan agar segera pergi meninggalkan ruangan. Vina lain lagi, Evan tampaknya menyukai kecantikan Vina. Evan berusaha memikat Vina dengan cara yang tidak biasa dan cenderung mengganggu Vina dalam proses belajarnya di tempat les itu. Vina tampak tak berdaya menghadapinya. Saya pun lebih memilih menasihati Vina yang jauh lebih dewasa dari segi usia untuk menghadapi Evan secara tenang. Tak perlu menghindarinya ataupun memarahinya. Dalam satu kesempatan, Evan muncul di bawah bangku dan menikmati mengintip celana dalam Lim. Saya akhirnya marah besar! Saya beradu argumen dengan Evan agar dia tidak mengulangi perbuatannya. Dia berjanji tidak mengulanginya lagi. Lalu di lain kesempatan Ira dan Nata pernah tertawa-tawa hingga membuat Evan tersinggung. Tanpa alasan jelas, Evan menghampiri dua anak itu sambil marah besar. Ira dan Nata memang tertawa bukan karena Evan. Tapi Evan merasa tawa itu untuknya. Dia akhirnya memukul pintu dengan sangat keras dan muncul bekas pukulan itu di pintu hingga saat ini. Setelahnya, dia langsung lari pulang ke rumah sambil menangis. Banyak kasus lain yang terekam di benak ini.

    Hmm... Ibu Lena, pemilik tempat les, merasa kasihan kepada Evan. Saya tidak pernah tahu kehidupan Evan sebelumnya. Ibu Lena tampaknya berusaha menjauhkan Evan dari saya. Pribadi saya dan Evan mungkin ibarat kucing dan anjing. Evan sudah mengikuti les dari kelas 3 sd. Kini dia kelas 6 sd. Waktu yang cukup bagi kami untuk melakukan interaksi yang mendalam. Tapi nyatanya, Jarang sekali Evan belajar les bersama saya. Waktu dan tempat tampaknya tidak berpihak kepada kami.

    Kini, dunia seolah berputar terbalik. Semenjak satu minggu terkahir, Evan sekarang seringkali menghabiskan waktu bersama saya di tempat les. Ibu Lena mengubah pendiriannya. Evan kini datang jam 3 sore, dan pulang jam 8 malam. Saya memperlakukan Evan secara tak biasa dalam pelajaran. Evan belajar di ruangan terpisah. Evan bahkan tak sungkan meminta izin untuk tidur di tengah-tengah waktu belajar les. Saya pun mengizinkannya. Dia tampaknya menemukan teman baru dalam kehidupannya. Saya pun demikian. Evan mulai memahami saya. Dia selalu meminta izin ketika meminta bantuan untuk dijelaskan sesuatu ketika saya mengajar beberapa murid. Dia tampaknya mengerti kapasitas saya yang tidak bisa mengajar banyak anak dalam satu kesempatan. Dia tidak cenderung anarki lagi dan tidak memaksakan kehendak secara berlebihan. Saya pikir anak ini memang harus lebih dimengerti. tak tahu metoda apa, saya masih terus belajar,tapi Evan sangat butuh kasih sayang dan kelembutan.

    Mungkin lain dengan kondisi di rumahnya. Evan berada dalam kondisi yang broken home. Ayah dan ibunya nyaris bercerai. Ayah sibuk bekerja, ibunya terpisah di tempat yang lain. Cicinya memiliki pergaulan yang tidak baik di kampusnya. Bahkan Cicinya sering memukuli Evan dan kakaknya, Vincent apabila perintah cicinya itu tidak dituruti. Evan seringkali menceritakan hal-hal di keluarganya dengan berapi-api. Dia yakin, bahwa pabila mereka melakukan tes DNA, Evan bukanlah berasal dari keluarga itu. Evan tampak memiliki hati yang sangat pahit dengan keluarganya.

    Di sekolah sebelumnya, Evan bahkan dikeluarkan dan dimaki-maki habis-habisan oleh guru wali kelasnya karena perilaku Evan yang bermasalah. Kini Evan pindah ke sekolah lain. Sekolah yang lebih berusaha memahami karakteristiknya yang spesial. Evan tidaklah bodoh. Evan bahkan cenderung sangat kritis menurut saya. Tapi Evan penuh dengan kepahitan dalam hatinya. Kepahitan karena kondisi lingkungan sekitarnya yang memang mungkin tidak bersahabat baginya.

    Kemarin, kami tertawa-tawa ketika belajar matematika. Saya menceritakan pengetahuan tentang geng bermotor di kota Bandung. dengan gaya joker saya tentu saja. hehehe agak sulit untuk menjelaskan nilai moral pada Evan, tapi dia senang dengan konsep alienasi. Hmmm.. ketertarikan yang perlu dicermati secara lebih mendalam. Lantas kami berganti topik. Evan menjahili saya bahwa dia membawa gambar porno. saya berusaha menanyakan dimana dia menyimpan gambar itu. Lalu, dia tertawa terpingkal-pingkal. Dia menunjukkan gambar ilustrasi vagina dalam buku Sains kelas 6. Dia sangat terobsesi dengan gambar itu. Saya hanya tersenyum. Saya lebih memilih untuk tidak menjadikannya sebagai sesuatu yang tabu, tapi melanjutkannya dengan membahas bagian-bagian yang ada dalam gambar ilustrasi tersebut secara ilmiah. Senang sekali mengenal pribadi unik seperti Evan. Banyak memang yang harus dicermati tanpa perlu dihakimi atau ditakuti secara berlebihan.

    Hmm… saya pikir masih banyak hal yang harus dikenal dalam diri Evan. masih terngiang pertemuan kemarin yang diakhiri dengan ucapan serius Evan kepada saya. “Ko, saya kemarin mendengar Koko berbicara dengan Ibu di ruangan itu. Jangan pikir Evan nggak ngerti. Tapi Ko Deni jangan berhenti mengajar les. Sayang, nanti saya tidak ada yang mengajar lagi.” Jantung saya langsung berdegup kencang. Saya merasa anak ini memang butuh pengertian yang lebih. Dia tampak sedih ketika saya berniat meninggalkan tempat les.
    Yah, merasa belum stabil dan masih harus belajar banyak memang, tapi saya merasa senang dekat dengan anak-anak. Kiranya alam semesta membantu predestinasi yang ada menjadi lebih mudah. O God, help me to do so…

    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 08.44 | 2 has delicate hands

    2 tanggapanmu
    <$BlogItemAuthorNickname$> had a patient mind and asked...

    Apa Evan anak autis? Anak autis itu setahuku spesial, even kespesialannya itu membuat orang2 biasa tidak terbiasa menghadapi dia.

    Kamis, 15 November, 2007  
    <$BlogItemAuthorNickname$> had a patient mind and asked...

    bukan autis Zee. tapi Evan itu memang unik. dia hanya penuh kekecewaan dengan kehidupan yang terasa tidak baik baginya.

    pyuh...

    Jumat, 16 November, 2007  

    Posting Komentar

    << Go Back and Watch me Fumble