kursi tamu


sang empunya...

Seseorang yang masih sangat kecil, belum bisa mengarang dengan baik, dan perlu banyak belajar tentang kehidupan ini

sobat

  • Suraloka

  • Zizy

  • Sulamit

  • Aal

  • Wulan

  • Ciplok

  • Lee

  • Agri

  • Pak Ikin

  • abdulkarim_aljabar

  • achie

  • glen

  • Ci Nurray

  • Mas_Yoed

  • Ila

  • one

  • tangusti

  • Nana

  • Natalia

  • Mida

  • pendapat!


    Free shoutbox @ ShoutMix

    pengaruh hidup

    rumahkiri
    abah

    tulisan tak bernyawa

    Pindah...http://silent-hatred.blogspot.com/
    Pyuh...
    'resensi buku'
    orang-orang pintar itu....
    bukan seorang penulis...
    wakwau!
    pyuh...
    Iyem...
    Hihi
    Trima Kasih... Senang berproses bersamamu....

    sumber inspirasi

    .

    pengharapan...

     This is me... JadenKale

    Blogskins
    Soup-Faerie.com for Cursor

    kumpulan harta sederhana

    Juli 2007
    Agustus 2007
    September 2007
    Oktober 2007
    November 2007
    Desember 2007
    Januari 2008
    Februari 2008
    Maret 2008
    April 2008
    Agustus 2008
    September 2008
    Oktober 2008
    November 2008

    Jumat, 26 September 2008

    beberapa hari yang lalu, mencoba membaca gejala alam...

    pertama hari minggu, bersama seorang kawan baik melihat agen 1 mendapat pasokan gas sore hari sebelum berbuka puasa. entah kenapa keesokan harinya agen itu dikabarkan pergi keluar kota dan menutup tokonya. aneh! dia sering seperti itu.

    hari senin, bersama opung survei nyari gas. ternyata dapat di kampung sebelah berbeda kelurahan. sebuah mobil membawa banyak gas. ketika ditanya tinggal satu dan harganya dibuat mahal. selang beberapa saat, kami turun dan mendapati agen 2 yang mempunyai banyak stok gas. ternyata!? si bapak dan mobilnya yang menawarkan gas dan membuat harga mahal kedapatan di tempat itu. dia tampak malu.

    iseng2 berhadiah, sorenya bersama seorang kawan baik bermain ke kelurahan, katanya ada gas murah. wau! tampak seperti secercah harapan. Lurah mendistribusikan gas dari pertamina. tapi sayang hal itu tidak berlaku untuk keesokan harinya.

    akhirnya perkiraan itu terjadi. gas di rumah habis. opung laki2 yang sudah tua tampak uring2an. dia merasa kesal saya masih tidur. cepat! cepat! siapa cepat dia dapat! mungkin itu yang ada di benaknya. saya akhirnya bangun walau masih merasa berat mata karena begadang. setelah debat, aku mengantarkan opung ke sebuah agen besar yang kuketahui kinerjanya sangat jujur. agak jauh, tapi dia hanya menjual terbatas untuk setiap orang. tidak bisa serakah. pengawasan yang ketat. alasannya karena bulan puasa, pemilik merasa harus tegas supaya orang2 bisa sahur dan berbuka dengan lancar. sejenak berpikir, entah apa yang terjadi bila ramadhan sudah berakhir.

    opung akhirnya bisa tertawa dengan riang...

    saya kesal! saya bilang jangan khawatir! saya tau mana agen2 babi yang brengsek! tapi saya juga ga berpangku tangan saja. buktinya saya bisa menemukan agen yang masih waras...

    keluarga akhirnya berdiskusi. keputusannya kami harus membeli gas tambahan. saya terus berargumen. saya mengusulkan membeli yang 12 kg... 3 kg ndak usah. banyak yang lebih membutuhkan dan lebih kekurangan dibandingkan kita.

    mama termangu.
    tulang ames tampak tidak ambil pusing.
    opung perempuan mendukung dan menyuruh kita mengumpulkan uang.
    opung laki tetap tidak setuju.

    akhirnya sambil membaca Kompas aku melihat beberapa motor (ups banyak motor) hilir mudik di depan rumahku sambil membawa gas... mungkin mereka merasa kesulitan... sang bapak baik hati yang memberitahuku tempat agen gas waras berada, tampak beberapa kali hilir mudik jua. mungkin banyak yang membutuhkan gas. sementara agen yang waras tidak bisa dibeli lebih dari dua per orang. yang jelas kini 20 ribu menjadi harga yang pantas untuk gas 3kg. dulu hanya 13 ribu. entah beberapa minggu lagi akankah terus melangit!?

    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 04.42 | 0 has delicate hands

    Rabu, 17 September 2008

    Duh, tampaknya saya sedang ingin bercuap-cuap tentang Kota Bandung. Sesuatu yang mungkin tidak ada apa-apanya. Sesuatu yang mencoba mengutip informasi dari Kompas suplemen Jabar beberapa waktu yang lalu. Hehe sesuatu yang mungkin tidak menarik untuk Anda semua. Tapi cuek ah, beginilah tulisannya…

    Pertama, Kamis, 11 September 2008, terdapat beberapa informasi dalam artikel “Jumlah Gelandang dan Pengemis Naik 30 Persen”, sebagai berikut:

    1. Jumlah gelandangan dan pengemis di Kota Bandung selama bulan puasa ini meningkat hingga 30 Persen dari sekitar 5000 jiwa. Mereka datang untuk mencari bekal lebaran.
    2. Dadang Ruhiyat (52), pengemis, bersama istri dan dua anaknya sengaja mengemis di Bandung karena upah buruh tani tidak mencukupi. Dadang, warga Garut, ditampung di rumah warga di Dago bersama ratusan gelandangan dan pengemis lainnya. Menurutnya, “Di Bandung banyak orang kaya. Tahun lalu saya bisa mengumpulkan uang Rp 950.000 selama Ramadhan.”
    3. Rahmat Jabaril, Koordinator Koalisi Masyarakat Bandung Bermartabat dan aktivis Gerbong Bawah Tanah, mengungkapkan bahwa fakta peningkatan pengemis ini menegaskan banyaknya orang miskin yang gagal mengatasi kemiskinan dan menjadi peminta-minta.
    4. Herry Nurhayat, Kepala Dinas Sosial kota Bandung, mengatakan bahwa keberadaan gelandangan dan pengemis sulit dikendalikan karena PemKot Bandung tidak memiliki infrastruktur yang memadai, semisal panti rehabilitasi sosial. (ini merupakan contoh nyata kelemahan pemerintah, pen.)
    5. Pak Kepala Dinas menambahkan, dinas sosial hanya mengandalkan dana pembinaan dan razia Rp 90 juta. Dana itu digunakan untuk operasionalisasi razia, termasuk uang makan petugas dan BBM. Padahal jumlah gelandangan dan pengemis di Kota Bandung terus meningkat.

    Kedua, Jumat, 12 September 2008, terdapat beberapa informasi dalam artikel “Dada-Ayi Dapat Camry”, sebagai berikut:

    1. PemKot Bandung mengalokasikan dana Rp 1,7 miliar untuk membeli mobil dinas wali kota dan wakil wali kota. Khusus kendaraan dialokasikan Rp 900 juta. Dana ini juga untuk memperbaiki kantor dan rumah dinas wakil wali kota.
    2. Jaja Nurjaman, Ka. Subbagian Perlengkapan Kota Bandung, mengatakan bahwa setelah mendapat mobil baru, Dada berhak membeli mobil Toyota Camry lama untuk dijadikan milik pribadi sebesar 40 persen dari harga jual.
    3. Harga jual mobil menyusut 20 Persen per tahun. Jika mobil dibeli Rp 300 juta lima tahun lalu, harga jualnya saat ini Rp 97,8 juta. Dada cukup membayar Rp 39,12 juta (40 Persen dari harga jual). Kata Jaja, “harga itu jangan dilihat nominalnya, tetapi lebih pada penghargaan kepada Wali Kota yang sudah mengabdi selama lima tahun memimpin Kota Bandung.”
    4. Ayi Vivananda, Wakil Wali Kota Bandung, mengatakan bahwa pengadaan mobil mewah ini sangat lumrah karena memang sudah ada ketentuannya. Jadi beliau normatif saja.
    5. PemKot Bandung juga berencana memiliki anggaran mobil dinas sebesar Rp 10,2 miliar. Padahal menurut Endrizal Nazar, anggota Panitia Anggaran DPRD Kota Bandung, “hingga saat ini belum ada data yang jelas mengenai aset berjalan milik Pemkot. Bahkan ada indikasi beberapa mobil dinas tetap dipakai pegawai negeri yang pensiun atau tidak menjabat lagi.”

    Wah.. wah… Mungkin memang benar kata Dadang, “warga Kota Bandung banyak yang kaya.” Sesuatu yang tampak dari permukaan saja.

    Padahal, menurut data yang ada, ada beberapa hal yang memilukan secara statistik di kota Bandung ini.

    1. IPM menurun drastis dari peringkat 14 melorot ke peringkat 49 dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (Bappenas 2007)
    2. 7 dari 10 warga kota Bandung menderita kekurangan air bersih (Basis data LH Bandung 2006)
    3. Kota dengan jalan, infrastruktur, dan penanganan sampah yang buruk.
    4. Kota dengan jumlah narkoba terbanyak di Jabar (Dinsos Jabar 2007)
    5. Kota dengan jumlah anak terlantar terbanyak di Jabar (Dinsos Jabar 2007)
    6. Kota dengan ribuan jumlah keluarga yang tinggal di rumah tidak layak. Sekitar 76.290 rumah tangga berkategori miskin. (dinsos Jabar 2007).
    7. 131.596 orang anak putus sekolah (survei soial ekonomi daerah 2007)
    8. Warga yang dapat beresiko menurun kecerdasannya karena kadar polusi diatas rata-rata (dept. TL-ITB, BPHLD Jabar 2007)
    9. Kota dengan jumlah pengangguran terbanyak di Jabar kurang lebih mencapai 178 ribu orang. Sekitar 16% dibandingkan angka pengangguran sebesar 11% di Jabar.
    10. Omzet pedagang tradisional yang menurun tajam hingga 40% per tahun (DPRD Kota Bandung) akibat pembangunan berbagai usaha dagang waralaba, dan pusat perbelanjaan yang cenderung lebih modern dan lebih memikat masyarakat.


    Hore… Horay! Hip-hip hura! Kota ku punya banyak gelar yang tidak baik saat ini. Semakin berkurang terus karakteristik yang baik dan unik tentang kota Bandung. Beda jauh dengan betapa luar biasanya tatkala membaca dan atau merasakan sejarah dan fenomena Kota Bandung di masa lampau. Tampaknya semua berubah demi menjadi suatu Metropolitan yang tak bisa lepas segi-segi kapitalisme yang sangat tidak berperikemanusiaan. Sesuatu, ups salah bukan sesuatu, tetapi Monster yang teramat mengerikan…

    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 10.50 | 0 has delicate hands

    cerita apa ya?

    hehehe saya mau cerita tentang obrolan ringan saya dan Ibu Sulis yang melakukan sedikit percakapan diatas motor...

    Ibu "Mas deni, saya tadi terlambat mengajar les."
    D " Oh ya, kenapa Bu?"
    Ibu "Tadi saya dateng jam 1, gara2 ada macet pelantikan pak dada. jalanannya diputer-puter."
    D "Wah, oh baru tadi dilantiknya ya Bu. emang Ibu niat datang les jam berapa?"
    Ibu "Saya berencana datang jam 11.30."
    D "Hah!? terus dari rumah jam berapa?"
    Ibu "jam 10 mas deni."
    D (dalam hati, kasian! sungguh menyebalkan! setelah dipikir2, "3 JAM DI JALAN!!!???")

    Pyuh... lalu waktu kira-kira pukul 9 malam. entah lewat, entah lebih beberapa menit. saya lebih memilih memacu gas motor saya dengan cepat. dalam hati, saya bergumam: "baiklah Bu, saya berjanji Ibu akan tiba dan bertemu Suami Ibu dengan cepat dan selamat. Ibu sangat butuh istirahat."

    setelah melewati Antapani, Ibu Sulis kembali bercerita.

    Ibu "Mas Deni, disana gas mudah didapat?"
    D "wah, rumah saya dekat dua agen yang menjual gas secara besar-besaran. tapi aneh, selang beberapa hari gas jadi sulit didapat. waktu hari minggu saya melihat pasokan gas dikirim dalam jumlah banyak. dua hari kemudian, saya melihat toko agen itu tutup. lalu gas sulit didapat. selang beberapa hari, saya mendapati sang agen menjual di kampung tetangga dengan harga 18.000 (biasanya 15.000). Jahat!"
    Ibu "Iya, Mas Deni. sama. saya sehari ini ga bisa masak. anak-anak makan pakai indomi lewat rice cooker. makan seadanya. belum lagi ada saudara ikut numpang masak selama ini pake kompor gas. soalnya dia nggak sanggup beli minyak, dan rumahnya di kabupaten. serba sulit, Mas." (memang rumah Ibu Sulis tinggal agak-agak menjorok ke dalam di sekitar Cikadut atas dan dekat dengan perbatasan kab. Bandung yang tidak mendapat konversi kompor gas.)
    D "Aduh..."
    Ibu "sembari tersenyum, yah Mas Deni, sekarang semua serba sulit. tapi syukur, tadi si Bapak menelepon dia sudah mendapat gas seharga 20.000 di Cicaheum."
    D " oh..." (lalu diam, dan lebih memilih untuk diam...)

    kami berpisah. entah, saya menitikkan air mata...

    Begitu kira-kira pengalaman 2 kelas pekerja yang sudah terkuras karena kecintaan mereka dengan dunia pendidikan anak-anak... mungkin hanya kisah sederhana 2 orang kelas pekerja yang tidak punya hidup seindah para pengumpul modal. sebagian dari himpunan tenaga kerja cadangan yang seringkali tidak punya pilihan dalam menjalani hidup ini...


    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 10.14 | 0 has delicate hands

    Minggu, 14 September 2008

    Melihat tontonan calon legislatif wanita pada sebuah stasiun TV swasta beberapa waktu yang lalu, membuat saya teringat lagu ini. Sungguh dia sangat menggelikan…

    Aku punya teman
    Namanya si Iyem
    Orangnya lucu
    Lucu banget deh ih
    Pipinya tembem
    Suka mesem pada yang dipendem
    Punya ambisi
    Ingin jadi penguasa negeri
    Tanpa birokrasi ga mungkin jadi di bumi pertiwi

    Lebih baik kau jadi petani
    Daripada nanti mati digantung bangsa sendiri
    Tenang-tenanglah Iyemku sayang
    Buat apa jadi dermawan
    Kalo sumbangan yang diberikan
    Uang hasil rampasan

    Iyemku bego
    Iyemku bego
    Iyemku bego
    Masih banyak yang bisa dikerjakan
    Iyemku bego
    Iyemku bego
    Iyemku bego
    Berikan yang lain kesempatan
    Iyemku bego
    Iyemku bego
    Iyemku bego
    Jangan jadi pahlawan kesiangan

    Hrroakh cuh!

    (Iyemku Bego-Dik Doank)


    Kasar banget lagu Dik Doank ini, mungkin sekasar kondisi perpolitikan di negara kita tercinta ini. Ya Ampun, kiranya masyarakat tidak tertipu dengan yang namanya imej, harta, apalagi penampilan… Semoga integritas yang benar-benar baik dan adil saja yang diuji dan bisa terjadi di dalam kondisi perpolitikan bangsa ini.

    Pyuh, “emang bisa?” :p

    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 22.57 | 0 has delicate hands