kursi tamu


sang empunya...

Seseorang yang masih sangat kecil, belum bisa mengarang dengan baik, dan perlu banyak belajar tentang kehidupan ini

sobat

  • Suraloka

  • Zizy

  • Sulamit

  • Aal

  • Wulan

  • Ciplok

  • Lee

  • Agri

  • Pak Ikin

  • abdulkarim_aljabar

  • achie

  • glen

  • Ci Nurray

  • Mas_Yoed

  • Ila

  • one

  • tangusti

  • Nana

  • Natalia

  • Mida

  • pendapat!


    Free shoutbox @ ShoutMix

    pengaruh hidup

    rumahkiri
    abah

    tulisan tak bernyawa

    Evanthonny...
    ah...
    Bagus!
    Sehabis Les Jua...
    Sehabis les...
    Mania...
    cerita saja...
    'ndak jelas...'
    Keren!
    Arrrgh!

    sumber inspirasi

    .

    pengharapan...

     This is me... JadenKale

    Blogskins
    Soup-Faerie.com for Cursor

    kumpulan harta sederhana

    Juli 2007
    Agustus 2007
    September 2007
    Oktober 2007
    November 2007
    Desember 2007
    Januari 2008
    Februari 2008
    Maret 2008
    April 2008
    Agustus 2008
    September 2008
    Oktober 2008
    November 2008

    Sabtu, 24 November 2007

    Timli, kawanku :(

    Beberapa hari yang lalu, Timli membeli MP4 merk Lexus seharga 300 ribu rupiah. Dia membeli itu dengan menggunakan pinjaman lunak dari A Agus dan berjanji akan mencicilnya. Timli adalah seorang buruh di percetakan yang menyuplai buku2 pelajaran, khususnya buku2 untuk sekolah-sekolah di kawasan Bandung Timur dan Bandung Selatan. Dia satu perusahaan dengan Anton, Gede, Nisa, Dik-Dik, dan beberapa rekan kampus seangkatanku lainnya. Bedanya, teman-teman kampusku itu bekerja di kantor sedangkan Timli bekerja di gudang. Suatu waktu saya bercerita dengan penuh antusias kepada Timli bahwa rekan-rekan kampusku itu bekerja dalam satu instansi yang sama dengannya. Dia memang mengiyakan, tapi kemudian dia tertunduk. Aku berusaha menyampaikan pesan, katakan saja kamu kenal aku, mereka pasti akan menganggapmu teman juga. Tapi Tampaknya Timli malu dan tidak yakin bisa mengenal teman-teman kampusku itu. Dia juga ternyata sangat sibuk sekali memotong, mengepak, dan merapikan buku-buku yang akan dijual. Jelas, dia tidak punya waktu untuk memikirkan bertemu teman-teman kampusku itu. Tapi, Anton lain lagi. Terakhir kami bertemu, dia menceritakan "kesantaian" pekerjaannya sebagai editor di tempat itu. Apabila tidak ada pengawas, Anton dan Dik-Dik biasanya sibuk bermain game. Mereka bahkan mengajakku bermain game yang serupa ketika kami bercengkrama di kosan Salabi. Gede lain lagi. menurut pengakuan Anton, Gede lebih suka membaca koran dan berleha-leha dengan caranya yang lain dibandingkan bermain game. Entahlah, tampaknya dunia rekan-rekanku itu berbeda dengan apa yang dialami oleh Timli.

    Masih ingat tulisanku yang dulu, pembaca? Hehehe :p Yup benar! Timli adalah rekanku yang diberhentikan pada saat bulan Ramadhan lalu. Alasannya sangatlah logis, perusahaan itu sedang mengalami 'sepi order' oleh karena itu mereka melakukan ‘efisiensi’. Bagi Timli alasannya lebih sederhana, "euweuh duit keur mayar THR" (tidak ada uang untuk membayar THR) katanya polos. Namun, dunia tampaknya berputar terbalik. Setelah perusahaan bajingan itu memberhentikan Timli untuk sementara di bulan Ramadhan; ternyata Timli kembali dipekerjakan lagi dengan lebih brutal. Tepatnya, Timli diperas oleh perusahaan itu. Selama tiga minggu terakhir ini; secara berturut-turut, Timli di-WAJIB-kan untuk lembur bekerja selama 12 jam setiap harinya. Setiap hari, dari Senin hingga Minggu! Dia berangkat kerja jam setengah 6 pagi dan tiba jam setengah 9 malam. Alasannya kembali tampak logis dalam sisi yang berbeda. Perusahaan sedang menerima banyak order, oleh karena itu para pekerja harus bekerja dengan giat. Pyuh benar-benar gila… Bagiku secara pribadi; selama tiga minggu itu pula, Timli jarang terlihat 'nongkrong' di rental PS2. Tempat biasanya saya melihat Timli tidak pernah absen ada di tempat itu. Entah sekedar bermain PS, Ngobrol, masak bersama, minum bersama; minimal 5 hari dalam seminggu biasanya dia tidak pernah absen di tempat itu. Tapi kini nampaknya kebiasaan itu telah berubah.

    Saya jadi teringat beberapa kesempatan dalam kurun waktu tiga minggu itu. Sempat pada suatu malam, saya memberi senyuman bahagia bisa berjumpa lagi dengannya. "JJ! :)" teriakku! Tapi dia dengan muka lelah tampak tergesa-gesa pergi ke rumahnya. Dia menyatakan mau tidur, lelah sekali tampaknya. Awalnya saya merasa bingung. Saya pun terdiam beberapa saat. Dia sangat lain dari biasanya.

    Kemarin, dia menghampiriku. Dia meminta tolong untuk mengetahui bagaimana cara meng-install. Dia juga meminta beberapa lagu MP3 padaku. Dia tampak senang karena dia akhirnya mempunyai MP4. Tapi di sisi lain saya jadi lebih tahu realita pekerjaan yang digelutinya. Menyeramkan! Dulu, dia sering berkoar bahwa dengan gajinya dia berkehendak memiliki Handphone berkamera. Tapi kondisi material berkata lain. Dia hanya sanggup membeli MP4. Lantas, dia juga kemarin menjahiliku ketika bermain PS. Dia terus menggangguku untuk meminta penjelasan tentang bagaimana cara mengoperasikan MP4 itu. Terutama dia meminta diajarkan cara memutar video. Dia tampak bersemangat untuk mendapatkan video dari si Waduk. Entahlah, mungkin julukan JJ (Jorok & Jorang), bisa menjelaskan video apa yang dia inginkan.

    Pyuh… Timli, MP4 sepertinya menjadi jawaban sementara untuk kelelahanmu. Mungkin itu jawaban atas kebutuhanmu saat ini. Kebutuhan untuk melepaskan diri dari tekanan2 pekerjaan melalui kehendak yang kamu miliki. Sayangnya, bagiku alasan itu sangatlah tidak logis. Seperti yang saya bilang kemarin, "upahmu tidaklah sebanding dengan apa yang telah kau kerjakan." Alasan suatu pilihan yang membuat nuraniku berkata lain ketika menimbang pilihan itu dengan realita yang ada. Jadi teringat kata-kata bijaksana, "segala jerih payah manusia adalah untuk mulutnya, namun keinginan tidak terpuaskan. Ini adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin. Lebih baik melihat saja daripada menuruti nafsu."

    Timli, Kiranya secuil pengalaman kehidupan ini lebih mengajarkan kita untuk berdamai dan akhirnya bisa terus melangkah. Melangkah hingga akhirnya kita bisa mensyukuri segala hal yang ada. Pahit ataupun manis. Proses kehidupan yang menurutku akan terus berlangsung hingga akhir hayat itu tiba. Mengerikan memang melihat kondisi material yang ada. Terlebih merasakan realita sekelilingmu. Maafkan kapasitasku yang belum terlalu besar dalam membantumu. Layaknya kita kemarin menghabiskan malam penuh tawa dengan segelas kopi untuk bersama; saya harap kita tetap bisa saling mendukung untuk selamanya. Tetap saling mendukung walaupun kita memang belum tahu apa-apa tentang kehidupan ini.

    Bahagia, kawan mengenalmu… :)

    Hmm… tulisan ini dibuat pada saat terasa rasa ngilu di kaki karena maen futsal bersama para tukang ojek itu. Jadi ingin menuliskan secuil peristiwa lain yang kualami. Pengalaman menyenangkan menyelami realita sosial bersama kumpulan pencari nafkah bermotor yang rata-rata memiliki tatoo itu. :)

    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 02.24 | 2 has delicate hands

    2 tanggapanmu
    <$BlogItemAuthorNickname$> had a patient mind and asked...

    Ketika kita sudah mulai merasa bhw yg kita terima tdk sebanding dgn yang kita kerjakan, tidak ada salahnya kita menimbang-2 kembali utk lanjut bekerja di situ. Sampaikan ke Timli, carilah t4 kerja lain yg mgkn bs memberikan yg lebih baik utknya.

    Tp bgmna klo Timli blg dia betah di t4 sekarang? Ya sud, itu artinya dia hrs belajar utk menikmati dgn ikhlas. :)

    Senin, 26 November, 2007  
    <$BlogItemAuthorNickname$> had a patient mind and asked...

    betul Zee. saya sudah memarahinya dan menasihati dia untuk mencari yang lain. sekarang memang dia tidak lembur, jadi dia merasa sanggup menikmati pekerjaannya. lagipula masalah ekonomi tampaknya membuat dia seolah-olah tidak punya pilihan lain, atau tepatnya sedang dibutakan dengan masalah pilihan.

    kiranya kesadaran itu bisa terus terkuak dan akhirnya saya ataupun Timli bisa menentukan kapasitas yang lebih tepat.

    Thx... :)

    Senin, 26 November, 2007  

    Posting Komentar

    << Go Back and Watch me Fumble