kursi tamu


sang empunya...

Seseorang yang masih sangat kecil, belum bisa mengarang dengan baik, dan perlu banyak belajar tentang kehidupan ini

sobat

  • Suraloka

  • Zizy

  • Sulamit

  • Aal

  • Wulan

  • Ciplok

  • Lee

  • Agri

  • Pak Ikin

  • abdulkarim_aljabar

  • achie

  • glen

  • Ci Nurray

  • Mas_Yoed

  • Ila

  • one

  • tangusti

  • Nana

  • Natalia

  • Mida

  • pendapat!


    Free shoutbox @ ShoutMix

    pengaruh hidup

    rumahkiri
    abah

    tulisan tak bernyawa

    Pindah...http://silent-hatred.blogspot.com/
    Pyuh...
    'resensi buku'
    orang-orang pintar itu....
    bukan seorang penulis...
    wakwau!
    pyuh...
    Iyem...
    Hihi
    Trima Kasih... Senang berproses bersamamu....

    sumber inspirasi

    .

    pengharapan...

     This is me... JadenKale

    Blogskins
    Soup-Faerie.com for Cursor

    kumpulan harta sederhana

    Juli 2007
    Agustus 2007
    September 2007
    Oktober 2007
    November 2007
    Desember 2007
    Januari 2008
    Februari 2008
    Maret 2008
    April 2008
    Agustus 2008
    September 2008
    Oktober 2008
    November 2008

    Rabu, 05 Desember 2007

    Ah mungkin bener ide tentang tanda ( ... ) yang terdapat pada orang yang punya potensi bunuh diri. Pembahasan mengenai Sylvia Plath tampaknya cukup menghantuiku. Tapi melihat realita, semua yang terjadi tampaknya gila sekali. Saat menghadapi masa ujian anak2 les, aku mengalami kecapekan luar biasa. Bisa disebut penghisapan bagi orang yang berpikir kritis, tapi bisa juga disebut sebagai kesenangan untuk orang2 yang memandangnya sebagai suatu pilihan. Aneh... tatkala aku membulatkan tekad untuk keluar dari tempat les itu, banyak hal yang kualami. Kedekatanku dengan anak-anak tampaknya tidak hanya sepihak saja.

    Tiga hari yang lalu, Ira dan Nata les sampai jam setengah sepuluh malam. mereka semangat sekali! saat itu mereka minta diajarin matematika. Lucu, sementara Lim sudah uring-uringan dan akhirnya pulang terlebih dahulu; Ira (yang merupakan saudara Lim) lebih memilih untuk bertahan. Tadi, mereka juga senang di tempat les. seolah-olah menemukan komunitas, mereka mengungkapkan kebahagiaan berada di tempat les. "ko deni lucu!" itu celetukan yang sering mereka ungkapkan. Atau bisa berubah menjadi "ko deni aneh!" tatkala melihatku marah-marah pabila mereka sudah keterlaluan. Tapi dominannya, kami belajar dengan penuh canda. Ira bahkan berkata kepada Nata dan Lim tadi. "senang ya lama-lama di tempat les". begitu katanya!

    Begini kebiasaan kami. Ira suka memerhatikan mukaku dan kemudian tertawa-tawa, "ih Ko deni jerawatan!' "um... Ko deni cakep juga." atau "ko deni kayak Jojon!" hehehe sementara Nata gemar menendang2 kakiku ketika diterangkan suatu materi. lain lagi Lim. dia tampak riweuh untuk menenangkan dirinya ketika belajar. kebiasaanku memegang beberapa anak sekaligus sering membuat Lim kesal. "ko deni lelet!" katanya berulang kali dahulu. tapi sekarang celetukan itu jarang terjadi. malah pernah aku mendapati dia sedang menuliskan kata 'tenanglah, ten...' dalam bukunya. ketika kutanya maksudnya apa, dia menjawab bahwa hal itu untuk mengatasi dirinya. ckckckck hebat usaha si Lim...

    sementara itu, Fendy (mantan anak les didikku yang hendak berniat bunuh diri dahulu) ternyata kembali mengikuti les. Fifi (adiknya Fendy) yang sangat manis dan selalu manja di dekatku tampaknya membuat Fendy tertarik kembali untuk mengikuti les. Awalnya canggung, tapi ternyata kami masih dekat walaupun sempat terpisahkan waktu. Beberapa jam yang lalu, dia menungguiku dan mengajakku pulang bersama. Dia bahkan rela menungguiku mengajar trio Nata, Lim, Ira hingga jam delapan malam.

    "ko deni sudah mengajar saya dengan baik, makanya saya harus membalas kebaikannya dengan mengantar pulang." begitu kata Fendy kepada ibu Lena. Tapi, alih-alih pulang bersama, kami berkeliling kompleks hingga jam 9 malam. Bersama motornya, kami berbincang-bincang sepanjang jalan. masalah keluarga, percintaan, pelajaran, Bullying, bahkan masa-masa romantik kami ketika les bersama beberapa tahun yang lalu membuat kami tertawa sepanjang jalan. namun ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. kebiasaan Fendy menulis sms seperti ini: "Bing...semua yang dipelajari...agama dari bab1...-5..., dst." (duh, hpnya lowbat!) sangatlah menghantuiku. tanda (...) dan potensi bunuh diri cukup membuatku cemas.

    d: "Fen, kamu sudah mulai menulis tanda (...) di sms sejak kapan?"
    f: "Sejak punya handphone Ko, saya senang menulis tanda seperti itu."
    d: "Oh ya, hmm... benarkah kamu merasa senang menulis tanda itu?"
    f: "yupz! hehehe"

    masih perlu diselidiki, tapi aku senang ketika dia berencana memantapkan hidupnya menjadi seorang pengacara. atau solusi dirinya untuk mengatasi mamanya yang sangat keras dalam mendidiknya.

    "begitu Ko, kalo orang Cina. laki-laki sangat dididik keras. makanya kalo mama marah, saya lebih memilih diam saja." ungkapnya. suatu bentuk usaha memahami kultur dan kapasitas yang ada di keluarganya dalam benak remaja semuda Fendy.

    Sebelumnya, Lim miscall. aku tahu, mereka senang pulang bareng denganku. saat Lim miscall, pasti mereka sedang menunggu di pos satpam. haha begitulah mereka. selalu pulang terakhir dibandingkan yang lain. senang tatkala suatu waktu mereka mendapati sendal jepitku putus ketika pulang bersama. hehehe. tapi malam itu, Fendy seolah-olah membuatku tidak mungkin pulang bersama trio kwek-kwek itu. Dia ingin menghabiskan jam malamnya berdua saja. dia pun menunjukkan aku rumahnya, juga rumah Vina yang dekat dengannya, rumah Alex yang menurut Fendy seperti istana, beberapa tempat jajanan yang menyenangkan, dan akhirnya kami berdiam di sebuah tempat fotokopian untuk mempersiapkan bahan les esok hari.

    tiba-tiba aku teringat buku Acel yang harus ku kembalikan. anak ini selalu menganggapku mirip dengan bapaknya. Bassis piawai, dan shooting guard yang sangat dihandalkan di sekolahnya membuat anak ini cukup populer. Aku menelepon Acel dan meminta dia menungguiku di depan Yomart agar memudahkan pengembalian buku. saat dia tiba di Yomart, aku sedikit jahil bersama Fendy. kami berdiri di seberang jalanan yang gelap dan pura-pura tidak melihatnya. "bing!" "KOooooo DenIIIIIIiiiii!!!" (dar dor dueer!) begitu teriak Acel tatkala melihat kami. dia merasa dipermainkan. hehehe dia tampak kesal, tapi aku berusaha menghiburnya. dia tersenyum, dan setelah itu kami pamit undur.

    Oh iya, aku jadi teringat dua bersaudara si Evan dan kakaknya Vincent. si 'ndut itu akhirnya ikut les lagi. parahnya si 'Ndut ini masih berorientasi makanan dan perempuan. suatu waktu, tanpa kusadari, dia membaca buku agendaku. dia merasa sedih dengan beberapa tulisan yang ada disana. tapi kemudian dia berkata: "Ko deni, buku ini saya beri ke Vina ya Ko, nanti dia baca trus merasa iba. trus dia mau sama Ko Deni. kan lumayan Vina cantik Ko!" gila!!! huh dasar gendeng! :p

    Atau pernah suatu waktu ibu Lena memberikanku sate. tapi lucunya saat aku belum berselera makan, Vincent beberapa kali mengingatkanku. "Ko deni satenya ga dimakan?" lalu beberapa menit kemudian dia muncul lagi, "Ko deni satenya dingin Ko!" lantas beberapa saat selanjutnya, "Ko, mau saya bukakan bungkus satenya?" hahahaha! Vincent, Vincent.

    sementara saya dan Evan kini dijuluki ayah dan anak karena kecocokan karakter kami yang aneh. hehehe. Jadi teringat kata Aal, pokoknya besok aku akan merencanakan pergi ke Museum Geologi sehabis ulangan umum. :)

    bicara mengenai karakter yang aneh, saya jadi teringat dua kawan dekatku.

    sekali lagi saya dengan tulus meminta maaf atas kecenderungan diri ini yang mungkin sulit untuk bisa dipahami. :(

    terima kasih mas untuk tegurannya. jika memang kondisi material memihak, saya pasti berada bersamamu. jangan pernah merasa ditinggalkan. kemarin memang saya memilih prioritas yang lain. I'll be back! mari kita tuntaskan ide-ide pengabdian yang harus dilakukan. ampuni kelalaian saya dalam kepanitiaan itu.

    lalu, teman baik,
    saya tidak tahu harus berkata apa? tatkala apa yang saya pikir baik untuk menyelesaikan masalah ternyata malah menambah luka dalam dirimu; saya merasa sangatlah tidak baik untukmu. pyuh... tidak mau menjadi lebih jahat bila memang sudah terasa jahat. aku mau menghargai pilihanmu saja. maafkan saya yang tidak mengerti dan juga sulit untuk dimengerti ini. Kiranya BELIAU menyertaimu selalu.

    semoga suatu saat nanti bisa menjadi orang baik.
    "O God, help me to do so..."

    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 08.48 | 1 has delicate hands