kursi tamu


sang empunya...

Seseorang yang masih sangat kecil, belum bisa mengarang dengan baik, dan perlu banyak belajar tentang kehidupan ini

sobat

  • Suraloka

  • Zizy

  • Sulamit

  • Aal

  • Wulan

  • Ciplok

  • Lee

  • Agri

  • Pak Ikin

  • abdulkarim_aljabar

  • achie

  • glen

  • Ci Nurray

  • Mas_Yoed

  • Ila

  • one

  • tangusti

  • Nana

  • Natalia

  • Mida

  • pendapat!


    Free shoutbox @ ShoutMix

    pengaruh hidup

    rumahkiri
    abah

    tulisan tak bernyawa

    Sehabis les...
    Mania...
    cerita saja...
    'ndak jelas...'
    Keren!
    Arrrgh!
    empty...
    ugh...
    Polos...
    Ironis...

    sumber inspirasi

    .

    pengharapan...

     This is me... JadenKale

    Blogskins
    Soup-Faerie.com for Cursor

    kumpulan harta sederhana

    Juli 2007
    Agustus 2007
    September 2007
    Oktober 2007
    November 2007
    Desember 2007
    Januari 2008
    Februari 2008
    Maret 2008
    April 2008
    Agustus 2008
    September 2008
    Oktober 2008
    November 2008

    Senin, 05 November 2007

    Sehabis Les Jua…

    Akhirnya saya pulang dengan membawa uang 15 ribu di saku jaket dan 1.500 di saku celana serta beberapa uang recehan di saku tas.

    Ko Hendro mengantar saya sampai gerbang depan. Anehnya, uang lima belas ribu saya itu hilang. Entah jatuh, entah dicuri di angkot, entah diambil tuyul, jin, genderewo, atau sejenisnya yang gaib, saya nggak ngerti! :p

    Parahnya saya menyadari kejadian itu di Samsat ketika hendak turun. Saya berusaha untuk tetap cool. Setelah mencari ke semua saku-saku yang ada dan memang tidak ada juga, saya masih berusaha tampil cool. Tak terasa angkot sudah tiba di Antapani. Mobil itu memang kencang sekali! Kini tiba di perhentian terakhir dan hanya menyisakan saya dengan pak supir. Akhirnya dengan sedikit cool, saya menawarkan jam tangan pemberian Lim sebagai ganti ongkos angkot! Malu, bingung, merasa aneh, sedikit cool, pokoknya campur aduk hehe!

    Pak Supir yang bertampang preman itu malah senang dikasih jam tangan yang tampak mahal itu. Alih2 bukannya memberi ongkos supaya saya bisa sampai ke Cibiru, dia malah pergi nongkrong bersama teman-temannya. Sialan! :( Pokoknya jam tangan itu harus kembali, pikirku.

    Kemudian di dekat pak supir itu, ada seorang ibu yang memerhatikan apa yang terjadi diantara kami berdua. Saya pun berniat meminta tolong darinya, tapi urung saya lakukan. Kemudian saya akhirnya lebih memilih untuk menghampiri seorang bapak. Sambil membawa HP dan KTM saya, saya mencoba menggadaikan kedua barang tersebut dengan uang sepuluh ribu rupiah. Ternyata bapak itu gaptek. Dia ragu apakah HP itu masih berfungsi atau tidak. Dia menghubungi rekannya dan bahkan mencoba mengujinya di sebuah wartel. Waduh, si bapak ;p

    Setelah beberapa saat, akhirnya saya mendapatkan uang penggadaian itu. Dengan keyakinan teguh saya berniat menghubungi DK yang memang rumahnya dekat dengan tempat itu. Saya yakin DK akan segera menolong saya. Jreng..jreng.. Ternyata saya ingat bahwa DK sedang berada di Jakarta! OOn, Bloon! Dasar Joker, pikirku :p. Duh kacau…

    Akhirnya aku duduk dan memeras otak untuk menghubungi relasi terdekatku di tempat itu. Edward! (hmmm. Dia ada di luar kota juga.) temen SMU yang dulu katanya menyukai saya!? (hmmm. Saya ndak tau letak rumah pastinya.) trus siapa..siapa.. saya terus memeras otak saya! Akhirnya aku lebih memilih untuk menenangkan diri saja. Sambil menarik nafas dalam-dalam, saya mencoba berpikir tenang. Untung saja, aku akhirnya teringat jam tangan pemberian Lim. Pokonya aku berniat mencari pak supir itu dulu, baru kemudian berpikir lagi dalam menghubungi temanku.

    Waduh! Tampaknya pak supir sudah kabur. Mobil angkotnya sudah tidak ada. Aku mencoba menanyakan ke beberapa supir yang ada disitu dan mereka tampak kebingungan dengan sosok yang sedang aku cari. Malah seorang supir tampak iba dan mau memberi uang kepadaku. Tapi aku tolak dengan halus. Aku lebih butuh pak supir itu! aku mau jam tanganku kembali!

    Oops, ibu yang memerhatikan tadi ternyata masih ada disitu. Aku bertanya padanya tentang pak supir tadi. Dan menurut ibu itu, pak supirnya sedang makan. Oh syukurlah! Aku akhirnya menunggunya. Lalu dia datang. Sambil memegang perut seolah kekenyangan, pak supir itu akhirnya tersenyum-senyum. Aku akhirnya meminta jam tanganku kembali dengan ganti uang lima ribu rupiah. Ternyata dia tidak se-preman yang aku bayangkan. Kupikir bakal ada pertumpahan darah! (hehe hiperbola). Ternyata dia baik. Dia menyarankan aku untuk lebih berhati-hati. Aku percaya bahwa dalam relasi sosial, aksi-reaksi itu sangatlah penting. Dan aku bersyukur bertindak tidak terlalu panik dalam kondisi itu. Thanx God!

    Masalah belum selesai. Bapak yang gaptek itu tampak meragukan. Dia masih nongkrong bersama teman-temannya. Aku ingin HP dan KTM ku kembali. Untung aku kebanyakan bergaul dengan si Mimit, jadinya penuh kecurigaan dan ketidakpuasan seperti ini. Tapi aku bingung. Dengan sisa uang lima ribu, aku ingin menuntaskan semua masalah yang terjadi. Aku memeras otak untuk mencari orang yang lebih familiar dan bisa membantuku.

    TinK! Ah… akhirnya ketemu, Om Wee Wilyanto (Pendeta di GKI Maulana Yusuf) yang merupakan sahabat terdekat pamanku, Tulang Gordon (Pendeta di GKI Rengasdengklok). Rumah Om Wee memang dekat dengan lokasi itu. Cihuy! Akhirnya aku menemukan solusi untuk mengambil kembali barang-barangku dari bapak yang aneh tadi.

    Setelah tiba di depan rumah Om Wee, seorang satpam tampak mengawasiku. Setelah bel rumah tidak berbunyi dan ketukan pintu mungkin tidak terdengar oleh Om Wee; satpam itu bertanya dengan tegas maksud kedatanganku. Beruntung Tante kemudian membukakan pintu dan menanyakan maksud kedatanganku. Aku bertanya, “Tante, Om Wee nya ada?” Tante bilang Pak Wee nya sedang tidur; tidak bisa diganggu karena besok harus berangkat pagi. Waduh kacau nih! Aku sepertinya sudah Sok Kenal Sok Dekat di depan beliau. Tante dan aku belum pernah mengenal satu sama lain. Aku hanya mengenal Om Wee. Inilah pertemuan pertamaku dengan istri Om Wee. Sambil malu2, aku bilang bahwa aku keponakan Tulang Gordon. Dan aku menceritakan kekikukan masalah yang sedang aku alami. :p

    Tante tertawa ketika mendengar maksud kedatanganku. Untung dia percaya ketika aku menceritakan asal usulku. “Kamu orang dekat, jangankan kamu! Orang jauh pun kalau bisa saya bantu, akan saya bantu” katanya manis sekali. Waduh, curiga nanti kalo ada orang yang kehilangan uang saya saranin datang ke rumah Pak Wee aja kali ya. Hehehe

    Om Wee memang beberapa kali pernah main ke rumah bahkan dari dulu semasa berkuliah bersama Tulang Gordon. Tapi Tante belum pernah sama sekali. Aku merasa kikakikuk! Tapi ya sudahlah. Agak canggung memang karena tidak bisa bertemu dengan Om Wee secara langsung. Tapi ndak apa-apa. Pokoknya aku berniat membayar pinjaman kembali itu nanti di GKI MY. Tunggu aku ya Om, Tante. Hehe :)

    Huf Haf Huf… akhirnya HP dan KTM ku kembali. Agak-agak capek. Lalu, kalo dipikir2, kayak reality show “Tolong!” di SCTV. Ada2 saja pengalaman si deni ini. Memang akhir2 ini aku sering mengalami pengalaman yang aneh, tak terduga, lucu, ataupun sedikit dungu. Hehehe bingung karena apa. Mungkin pengaruh kebiasaan baruku yang sukar tidur.

    Tapi yang jelas kesimpulannya: “kehidupan sosial itu menyenangkan.”

    Thanx Lord! :)

    Deni Gumilang fumbled with chopsticks @ 21.11 | 2 has delicate hands

    2 tanggapanmu
    <$BlogItemAuthorNickname$> had a patient mind and asked...

    Wah, pengalaman yg seru. Bs gw bayangin gimana klo ktemu sopir angkot yg madut trs kesempatan lgsg kabur. Tp syukur jg msh ada org baik :)

    Senin, 05 November, 2007  
    <$BlogItemAuthorNickname$> had a patient mind and asked...

    Hehe iya Zee,
    Pokonya terima kasih semesta! :)
    Keep trust and faithfull...

    Rabu, 07 November, 2007  

    Posting Komentar

    << Go Back and Watch me Fumble