kursi tamu sang empunya... sobat pendapat!
Free shoutbox @ ShoutMix pengaruh hidup tulisan tak bernyawa
Pyuh... 'resensi buku' orang-orang pintar itu.... bukan seorang penulis... wakwau! pyuh... Iyem... Hihi Trima Kasih... Senang berproses bersamamu.... sumber inspirasi pengharapan... Blogskins Soup-Faerie.com for Cursor kumpulan harta sederhana Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 November 2008 |
Kamis, 13 November 2008 Senin, 27 Oktober 2008 Selasa, 14 Oktober 2008 Resensi Buku Ulrich Duchrow Mengubah Kapitalisme Dunia Tinjauan Sejarah-Alkitabiah Bagi Aksi Politis PT BPK Gunung Mulia Cetakan ke-3 tahun 2000 385 hal + xvii Saatnya Anda meningkatkan kapasitas diri tentang kondisi global. Kesenjangan sosial, pengangguran, pemiskinan, standar hidup yang rendah, peningkatan kriminalitas dan kemerosotan lingkungan adalah akibat-akibat nyata dari sistem ekonomi pasar kapitalis global yang sekarang berlaku. Bahkan negara adidaya seperti Amerika Serikat pun bisa menjadi terkapar karena serakahnya keelastisan sistem kapitalisme yang menguntungkan sebagian kecil pihak, sementara di sisi lain segudang pihak mengalami ketidakadilan. Seolah-olah setiap insan tiada pilihan selain harus ikut berpacu dalam globalisasi perdagangan bebas, yang sebenarnya diciptakan untuk kepentingan dan keuntungan segelintir pemilik modal, yang menimbulkan dominasi keuangan global dan ketimpangan neraca perdagangan. Lantas, bagaimana orang Kristen harus menanggapi situasi ini? Buku Mengubah Kapitalisme Dunia ini, yang adalah terjemahan buku terkenal, Alternatives To Global Capitalism merupakan tinjauan teologis terhadap kapitalisme global dan jawaban dari tradisi Alkitab, bahwa masih ada bagian tindakan yang bisa dilakukan oleh umat Kristiani. Kiranya Tuhan menyertai selalu... Senin, 06 Oktober 2008 terus tetap berusaha jujur dan kuat tak usah banyak bicara trus kerja keras hati teguh dan lurus pikir tetap jernih bertingkah laku halus, tetaplah bertingkah laku halus. Wow! terima kasih... terima kasih... sejenak merenung dan ingin menulis sesuatu yang telah terjadi dulu seorang ibu cantik menawarkan diri di depan forum bahwa beliau secara khusus akan membimbing skripsi saya dia ibarat setetes air di padang gersang ketika mau mengerti saat dosen2 lain merasa bingung dan acuh dengan skripsi saya sayang, saya menyia-nyiakannya... aktivitasnya di luar negeri dan kesibukan saya telah membuat saya lalai dalam mengerjakan skripsi tersebut. ampuni saya,Bu. sungguh saya teramat menyesal namun sangat berterima kasih... pyuh... pengharapan tak berhenti beberapa waktu yang lalu seorang bapak paling berpengaruh menghajar saya dengan debat di depan kelas dia menjatuhkan saya tapi saya teramat tahu bahwa dia mengenal dan menyayangi saya tak terduga, dia lah yang akhirnya menjadi pembimbing saya dia menguji saya, dia menyatakan skripsi rumit saya membutuhkan sosok sepertinya. beberapa saat saya tak menentu arah, dan seolah menjauh saya belum menuntaskannya, maafkan saya pak profesor yang baik... akhirnya beliau berkata lewat sms "Brengsek. Ke mana aja lu. Sibuk pacaran dengan si Hitam. Saya mulai sibuk. Pembantu blm pulang. Di rmh takada orang. Mungkin sore ini jam 17.30 saya ada di rmh." hahahahahahaha!! sungguh Bapak profesor senior yang teramat unik. saya teramat menyayanginya. semangat sekali untuk mendatanginya. di waktu yang sebelumnya, datanglah sosok bapak muda yang berkharisma. beliau menyapa saya terlebih dahulu. kami tak pernah punya kontak mendalam tentang skripsi sebelumnya... saya fokus ke bapak profesor, dan belum fokus dengan bapak muda pembimbing II tersebut "sudah nyampe mana den?" begitu sapanya lewat sms aduh! aduh! aduh! maaf... maaf... maaf... sedikit lagi... hanya sedikit kepanikan melanda pikiran saya masih acak-acakan, tapi saya memberanikan diri mengunjungi keduanya. *** Hmmm... saya bukan siapa-siapa... katanya sih saya begini, begitu, begini, begitu... saya tidak aktif di gemasi, saya jarang ikut perkumpulan apapun, saya tidak begitu dikenal, saya tidak punya prestasi apapun, pernah kedapatan plagiat, sering bermain kartu di depan perpustakaan jurusan, kurang menyukai bahasa inggris. saya bukan siapa-siapa, saya bukan apa-apa... hanya sosok teralienasi yang sedang bingung dengan pilihan dan orientasi hidup sosok yang sering merasa kesepian sosok yang mudah bermain peran karena punya banyak pertanyaan untuk bisa menerima orang lain apa adanya... sosok mahasiswa tua yang tidak ramah dan sulit untuk berteman akrab... namun perlakuan spesial Anda-Anda semua membuat saya terharu... beberapa dosen lain pun care terhadap saya, dan saya merasa tersanjung. saya berjuang dan terus berjuang! terima kasih, terima kasih, jujur saya tidak terlalu klop dengan jurusan yang saya pilih... namun saya belajar dan merasakan... bahwa Anda-Anda teramat luar biasa dalam hidup saya. terima kasih! terima kasih! kiranya Tuhan beserta selalu... Jumat, 26 September 2008 beberapa hari yang lalu, mencoba membaca gejala alam... pertama hari minggu, bersama seorang kawan baik melihat agen 1 mendapat pasokan gas sore hari sebelum berbuka puasa. entah kenapa keesokan harinya agen itu dikabarkan pergi keluar kota dan menutup tokonya. aneh! dia sering seperti itu. hari senin, bersama opung survei nyari gas. ternyata dapat di kampung sebelah berbeda kelurahan. sebuah mobil membawa banyak gas. ketika ditanya tinggal satu dan harganya dibuat mahal. selang beberapa saat, kami turun dan mendapati agen 2 yang mempunyai banyak stok gas. ternyata!? si bapak dan mobilnya yang menawarkan gas dan membuat harga mahal kedapatan di tempat itu. dia tampak malu. iseng2 berhadiah, sorenya bersama seorang kawan baik bermain ke kelurahan, katanya ada gas murah. wau! tampak seperti secercah harapan. Lurah mendistribusikan gas dari pertamina. tapi sayang hal itu tidak berlaku untuk keesokan harinya. akhirnya perkiraan itu terjadi. gas di rumah habis. opung laki2 yang sudah tua tampak uring2an. dia merasa kesal saya masih tidur. cepat! cepat! siapa cepat dia dapat! mungkin itu yang ada di benaknya. saya akhirnya bangun walau masih merasa berat mata karena begadang. setelah debat, aku mengantarkan opung ke sebuah agen besar yang kuketahui kinerjanya sangat jujur. agak jauh, tapi dia hanya menjual terbatas untuk setiap orang. tidak bisa serakah. pengawasan yang ketat. alasannya karena bulan puasa, pemilik merasa harus tegas supaya orang2 bisa sahur dan berbuka dengan lancar. sejenak berpikir, entah apa yang terjadi bila ramadhan sudah berakhir. opung akhirnya bisa tertawa dengan riang... saya kesal! saya bilang jangan khawatir! saya tau mana agen2 babi yang brengsek! tapi saya juga ga berpangku tangan saja. buktinya saya bisa menemukan agen yang masih waras... keluarga akhirnya berdiskusi. keputusannya kami harus membeli gas tambahan. saya terus berargumen. saya mengusulkan membeli yang 12 kg... 3 kg ndak usah. banyak yang lebih membutuhkan dan lebih kekurangan dibandingkan kita. mama termangu. tulang ames tampak tidak ambil pusing. opung perempuan mendukung dan menyuruh kita mengumpulkan uang. opung laki tetap tidak setuju. akhirnya sambil membaca Kompas aku melihat beberapa motor (ups banyak motor) hilir mudik di depan rumahku sambil membawa gas... mungkin mereka merasa kesulitan... sang bapak baik hati yang memberitahuku tempat agen gas waras berada, tampak beberapa kali hilir mudik jua. mungkin banyak yang membutuhkan gas. sementara agen yang waras tidak bisa dibeli lebih dari dua per orang. yang jelas kini 20 ribu menjadi harga yang pantas untuk gas 3kg. dulu hanya 13 ribu. entah beberapa minggu lagi akankah terus melangit!? Rabu, 17 September 2008 Duh, tampaknya saya sedang ingin bercuap-cuap tentang Kota Bandung. Sesuatu yang mungkin tidak ada apa-apanya. Sesuatu yang mencoba mengutip informasi dari Kompas suplemen Jabar beberapa waktu yang lalu. Hehe sesuatu yang mungkin tidak menarik untuk Anda semua. Tapi cuek ah, beginilah tulisannya… Pertama, Kamis, 11 September 2008, terdapat beberapa informasi dalam artikel “Jumlah Gelandang dan Pengemis Naik 30 Persen”, sebagai berikut: 1. Jumlah gelandangan dan pengemis di Kota Bandung selama bulan puasa ini meningkat hingga 30 Persen dari sekitar 5000 jiwa. Mereka datang untuk mencari bekal lebaran. 2. Dadang Ruhiyat (52), pengemis, bersama istri dan dua anaknya sengaja mengemis di Bandung karena upah buruh tani tidak mencukupi. Dadang, warga Garut, ditampung di rumah warga di Dago bersama ratusan gelandangan dan pengemis lainnya. Menurutnya, “Di Bandung banyak orang kaya. Tahun lalu saya bisa mengumpulkan uang Rp 950.000 selama Ramadhan.” 3. Rahmat Jabaril, Koordinator Koalisi Masyarakat Bandung Bermartabat dan aktivis Gerbong Bawah Tanah, mengungkapkan bahwa fakta peningkatan pengemis ini menegaskan banyaknya orang miskin yang gagal mengatasi kemiskinan dan menjadi peminta-minta. 4. Herry Nurhayat, Kepala Dinas Sosial kota Bandung, mengatakan bahwa keberadaan gelandangan dan pengemis sulit dikendalikan karena PemKot Bandung tidak memiliki infrastruktur yang memadai, semisal panti rehabilitasi sosial. (ini merupakan contoh nyata kelemahan pemerintah, pen.) 5. Pak Kepala Dinas menambahkan, dinas sosial hanya mengandalkan dana pembinaan dan razia Rp 90 juta. Dana itu digunakan untuk operasionalisasi razia, termasuk uang makan petugas dan BBM. Padahal jumlah gelandangan dan pengemis di Kota Bandung terus meningkat. Kedua, Jumat, 12 September 2008, terdapat beberapa informasi dalam artikel “Dada-Ayi Dapat Camry”, sebagai berikut: 1. PemKot Bandung mengalokasikan dana Rp 1,7 miliar untuk membeli mobil dinas wali kota dan wakil wali kota. Khusus kendaraan dialokasikan Rp 900 juta. Dana ini juga untuk memperbaiki kantor dan rumah dinas wakil wali kota. 2. Jaja Nurjaman, Ka. Subbagian Perlengkapan Kota Bandung, mengatakan bahwa setelah mendapat mobil baru, Dada berhak membeli mobil Toyota Camry lama untuk dijadikan milik pribadi sebesar 40 persen dari harga jual. 3. Harga jual mobil menyusut 20 Persen per tahun. Jika mobil dibeli Rp 300 juta lima tahun lalu, harga jualnya saat ini Rp 97,8 juta. Dada cukup membayar Rp 39,12 juta (40 Persen dari harga jual). Kata Jaja, “harga itu jangan dilihat nominalnya, tetapi lebih pada penghargaan kepada Wali Kota yang sudah mengabdi selama lima tahun memimpin Kota Bandung.” 4. Ayi Vivananda, Wakil Wali Kota Bandung, mengatakan bahwa pengadaan mobil mewah ini sangat lumrah karena memang sudah ada ketentuannya. Jadi beliau normatif saja. 5. PemKot Bandung juga berencana memiliki anggaran mobil dinas sebesar Rp 10,2 miliar. Padahal menurut Endrizal Nazar, anggota Panitia Anggaran DPRD Kota Bandung, “hingga saat ini belum ada data yang jelas mengenai aset berjalan milik Pemkot. Bahkan ada indikasi beberapa mobil dinas tetap dipakai pegawai negeri yang pensiun atau tidak menjabat lagi.” Wah.. wah… Mungkin memang benar kata Dadang, “warga Kota Bandung banyak yang kaya.” Sesuatu yang tampak dari permukaan saja. Padahal, menurut data yang ada, ada beberapa hal yang memilukan secara statistik di kota Bandung ini. 1. IPM menurun drastis dari peringkat 14 melorot ke peringkat 49 dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (Bappenas 2007) 2. 7 dari 10 warga kota Bandung menderita kekurangan air bersih (Basis data LH Bandung 2006) 3. Kota dengan jalan, infrastruktur, dan penanganan sampah yang buruk. 4. Kota dengan jumlah narkoba terbanyak di Jabar (Dinsos Jabar 2007) 5. Kota dengan jumlah anak terlantar terbanyak di Jabar (Dinsos Jabar 2007) 6. Kota dengan ribuan jumlah keluarga yang tinggal di rumah tidak layak. Sekitar 76.290 rumah tangga berkategori miskin. (dinsos Jabar 2007). 7. 131.596 orang anak putus sekolah (survei soial ekonomi daerah 2007) 8. Warga yang dapat beresiko menurun kecerdasannya karena kadar polusi diatas rata-rata (dept. TL-ITB, BPHLD Jabar 2007) 9. Kota dengan jumlah pengangguran terbanyak di Jabar kurang lebih mencapai 178 ribu orang. Sekitar 16% dibandingkan angka pengangguran sebesar 11% di Jabar. 10. Omzet pedagang tradisional yang menurun tajam hingga 40% per tahun (DPRD Kota Bandung) akibat pembangunan berbagai usaha dagang waralaba, dan pusat perbelanjaan yang cenderung lebih modern dan lebih memikat masyarakat. Hore… Horay! Hip-hip hura! Kota ku punya banyak gelar yang tidak baik saat ini. Semakin berkurang terus karakteristik yang baik dan unik tentang kota Bandung. Beda jauh dengan betapa luar biasanya tatkala membaca dan atau merasakan sejarah dan fenomena Kota Bandung di masa lampau. Tampaknya semua berubah demi menjadi suatu Metropolitan yang tak bisa lepas segi-segi kapitalisme yang sangat tidak berperikemanusiaan. Sesuatu, ups salah bukan sesuatu, tetapi Monster yang teramat mengerikan… cerita apa ya? hehehe saya mau cerita tentang obrolan ringan saya dan Ibu Sulis yang melakukan sedikit percakapan diatas motor... Ibu "Mas deni, saya tadi terlambat mengajar les." D " Oh ya, kenapa Bu?" Ibu "Tadi saya dateng jam 1, gara2 ada macet pelantikan pak dada. jalanannya diputer-puter." D "Wah, oh baru tadi dilantiknya ya Bu. emang Ibu niat datang les jam berapa?" Ibu "Saya berencana datang jam 11.30." D "Hah!? terus dari rumah jam berapa?" Ibu "jam 10 mas deni." D (dalam hati, kasian! sungguh menyebalkan! setelah dipikir2, "3 JAM DI JALAN!!!???") Pyuh... lalu waktu kira-kira pukul 9 malam. entah lewat, entah lebih beberapa menit. saya lebih memilih memacu gas motor saya dengan cepat. dalam hati, saya bergumam: "baiklah Bu, saya berjanji Ibu akan tiba dan bertemu Suami Ibu dengan cepat dan selamat. Ibu sangat butuh istirahat." setelah melewati Antapani, Ibu Sulis kembali bercerita. Ibu "Mas Deni, disana gas mudah didapat?" D "wah, rumah saya dekat dua agen yang menjual gas secara besar-besaran. tapi aneh, selang beberapa hari gas jadi sulit didapat. waktu hari minggu saya melihat pasokan gas dikirim dalam jumlah banyak. dua hari kemudian, saya melihat toko agen itu tutup. lalu gas sulit didapat. selang beberapa hari, saya mendapati sang agen menjual di kampung tetangga dengan harga 18.000 (biasanya 15.000). Jahat!" Ibu "Iya, Mas Deni. sama. saya sehari ini ga bisa masak. anak-anak makan pakai indomi lewat rice cooker. makan seadanya. belum lagi ada saudara ikut numpang masak selama ini pake kompor gas. soalnya dia nggak sanggup beli minyak, dan rumahnya di kabupaten. serba sulit, Mas." (memang rumah Ibu Sulis tinggal agak-agak menjorok ke dalam di sekitar Cikadut atas dan dekat dengan perbatasan kab. Bandung yang tidak mendapat konversi kompor gas.) D "Aduh..." Ibu "sembari tersenyum, yah Mas Deni, sekarang semua serba sulit. tapi syukur, tadi si Bapak menelepon dia sudah mendapat gas seharga 20.000 di Cicaheum." D " oh..." (lalu diam, dan lebih memilih untuk diam...) kami berpisah. entah, saya menitikkan air mata... Begitu kira-kira pengalaman 2 kelas pekerja yang sudah terkuras karena kecintaan mereka dengan dunia pendidikan anak-anak... mungkin hanya kisah sederhana 2 orang kelas pekerja yang tidak punya hidup seindah para pengumpul modal. sebagian dari himpunan tenaga kerja cadangan yang seringkali tidak punya pilihan dalam menjalani hidup ini... |